Karya ”Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta?” lahir ketika Tohari bersentuhan dengan pemandangan sepasang gelandangan yang memberi makan anaknya yang berusia lima tahun berupa mi instan seduhan air panas pada 2014.
”Untuk penulis yang gelisah, mi instan ini bukan persoalan biasa. Saya gelisah, dan kegelisahan itu menjadi pemantik lahirnya karya sastra,” kata Tohari.
”Saya kaget, cerpen ini terpilih. Cerpen saya berhamburan kata kencing dan ditulis dengan emosional. Boleh kencing di mana saja asal tidak di tubuh ibunya, sekaligus melampiaskan kekesalan terhadap apa yang ada di Jakarta,” katanya.
Paceklik baca
Malam Jamuan Cerpen Kompas 2015 juga memberikan Penghargaan Kesetiaan Berkarya kepada seniman Gde Aryantha Soethama yang diserahkan oleh Wakil Pemimpin Umum Kompas Rikard Bagun.
”Kejutan bagi saya. Sastra memberi pengalaman bagi saya dan kemudian menjadi pegangan untuk hidup. Kompas-lah yang melakukannya. Setia memberi ruang sastra. Bagaimana setia pada teks dan merawat teks,” kata Gde.
Anies Baswedan yang hadir memakai belangkon dan busana adat berharap cerpenis bisa menjadi jawaban bagi permasalahan paceklik minat baca.
Dari 61 negara, Indonesia menempati urutan ke-60 setelah Bostwana untuk minat baca.
”Anak-anak butuh suplai bacaan. Para cerpenis potensial menyediakan suplai bacaan dan mengajari guru dan siswa nikmatnya menulis,” kata Anies.
Anies juga kini melakukan gerakan anak-anak membaca buku, bukan buku pelajaran, 15 menit sebelum kegiatan belajar-mengajar di sekolah dimulai.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, sejak 1970, Kompas senantiasa memberikan ruang bagi lahirnya cerpen-cerpen baru.
Rata-rata, setiap tahun muncul 50-52 cerpen baru sehingga sampai kini telah lahir 2.300 cerpen di Kompas.
Munculnya rubrik cerpen di Kompas bermula dari respons terhadap masukan pembaca. ”Media selalu menyesuaikan dengan dinamika zaman,” kata Budiman.
Sepanjang 2015, Kompas menerima 4.249 kiriman karya cerpen. Hanya 50 cerpen dari ribuan kiriman karya itu yang dimuat pada edisi Kompas hari Minggu. Seiring waktu, rubrik cerpen di Kompas menjadi rumah bagi banyak penulis senior ataupun muda.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, tradisi pameran ilustrasi cerpen yang biasanya digelar bersamaan dengan malam anugerah cerpen ditiadakan.