Jalur macet menuju museum tak menyurutkan orang ingin menikmati jazz hingga malam, seiring bertambahnya wisatawan asing mengantre tiket masuk.
Mereka yang datang tak hanya sebagai penikmat.
Sejumlah pemusik juga berbaur di keriaan penonton UVJF.
Pandji Baskoro (32), pemusik jazz dan pengajar musik, menjadikan acara tahunan UVJF sebagai tempat edukasi dan laboratoriumnya kalangan musik jazz murni.
Bagi Pandji, berkumpulnya musisi jazz terbaik di Ubud mampu menambah wawasan.
Ia puas mengeksplorasi para musisi asing dan lokal sebagai pembanding perkembangan musik jazz.
Suasana santai di halaman museum dan ditemani kuliner lokal hingga mancanegara mencairkan perbedaan latar belakang para pemusik serta penontonnya.
Tahun ini, pertama kali Kementerian Pariwisata mendukung melalui Pesona Indonesia.
Ini menjadi agenda tahunan yang bakal dipromosikan pemerintah pusat. Komunitas lokal dengan suasana Desa Ubud mampu menarik wisatawan dari penjuru dunia dalam kemasan musik jazz berskala internasional.
Dukungan pun datang dari Rainier H Daulay, festival advisory.
Dalam ungkapan tertulisnya, ia bangga UVJF mampu memberi warna unik festival-festival yang ada.
Festival di museum ini, menurut dia, kreatif dan mampu mendongkrak perekonomian sekitarnya.
Apalagi, harmoni warga dan alam Ubud menjadi hal utama magnet dunia.
Musik masih mengalun di tiga panggung bergantian. Suasana keakraban pun terjalin di sela-sela pentas para artis.
"Wow, saya tak menyangka festival ini begitu unik. Museum bagai disulap menjadi tempat istimewa menikmati jazz yang sebenarnya. Saya begitu terpesona. Bravo Ubud," kesan seorang perempuan wisatawan asal Moskwa.
Ia pun bertepuk tangan ceria mengapresiasi penampilan The Daunas di panggung Padi.
Musik jazz, sebagaimana juga dunia literasi lewat Ubud Writers and Readers Festival, kini menjadi ikon baru desa wisata dunia itu.
Bukan tidak mungkin pada tahun-tahun mendatang di Ubud akan lahir jenis jazz baru, sebagaimana kelahiran lukisan bergaya ubud yang kita kenal kini. (Ayu Sulistyowaty)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Agustus 2016, di halaman 20 dengan judul "Jazz Murni Rasa Toleransi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.