JAKARTA, KOMPAS.com -- Puluhan ribu penonton mengeluarkan telepon genggam ketika Iwan Fals menyanyikan lagu balada "Ibu" di Konser Perayaan Karya Iwan Fals di Pantai Carnaval Ancol, Jakarta, Sabtu (3/9/2016).
Selain merekam, pendaran lampu di telepon itu menambah sendu nuansa lagu.
Bisa jadi, di tahun-tahun dulu, penonton berbarengan mengacungkan korek api ketika Iwan memetik gitarnya sendirian menyanyikan lagu balada macam "Ibu" atau "Belum Ada Judul".
Pada konser pekan lalu itu, korek api adalah barang haram masuk arena.
Maka, lampu kilat di telepon adalah penggantinya. Toh, nyaris semua penonton kini punya telepon seluler.
Lewat perangkat itulah banyak penggemar Iwan kini menyimak lagu-lagu kesukaan mereka.
Ada yang menyimpannya dalam berkas mp3, ada juga yang mendengar lewat layanan streaming.
Virgiawan Listanto, nama lahir Iwan Fals, mulai menyanyi ketika format cakram padat (compact disc/CD) belum merakyat.
Dua album awalnya, Canda Dalam Nada dan Perjalanan, dari tahun 1979 muncul sebelum grup ABBA dari Swedia mengeluarkan album The Visitors (1982) yang konon merupakan album pertama di dunia dalam format CD.
Kini, ketika kaset makin dianggap sebagai barang antik, lagu-lagu Iwan Fals tetap berputar.
"Saya dengar lagu Iwan Fals lewat HP, kan di YouTube banyak. Praktis bisa dengar sambil kerja," kata Yan Faisal (19), penggemar Iwan Fals yang bekerja sebagai pelayan di rumah makan ini.
Yan hanya punya beberapa kaset album Iwan Fals warisan dari pamannya.
Kaset itu lebih sering teronggok di kamarnya karena tidak punya alat pemutar.
Sebagai gantinya, Yan menyimpan beberapa lagu di teleponnya.
Kalau paket data internetnya masih sisa, ia sesekali menonton video konser atau video musik Iwan Fals melalui layanan streaming.
Rio Fernando (17), pelajar SMA di Cikarang, Jawa Barat, juga punya kebiasaan yang sama.
Ia sama sekali tidak punya kaset album lama Iwan Fals. Koleksi album fisik Iwan Fals miliknya adalah CD album 50:50 (2007) dan Raya (2013).
"Tapi, aku paling suka lagu 'Bento' karena bikin semangat. Yang penting asyik!" katanya.
Lagu "Bento" itu diciptakan Iwan bersama Naniel dan masuk di album Swami I produksi 1989.
Album itu keluar ketika Iwan masih gondrong dengan kumis berantakan, sementara rezim Orde Baru sedang galak-galaknya.
Pesan yang lugas di lagu itu dan beberapa lagu lainnya pada periode yang sama membuat Iwan mendapat cap pemberontak.
Kesan itulah yang memikat Firmansyah (29), penggemar Iwan dari Karawang, Jabar.
"Lagu-lagu barunya agak kurang galak lagi menurut saya," ujarnya, yang malam itu pakai kaus bertuliskan "Fakultas Dodol" cukilan lirik lagu "Teman Kawanku Punya Teman" (1987).
Usia penggemar
Rentang usia penggemar Iwan Fals sangat lebar.
Berdasarkan tulisan di situs resmi iwanfals.co.id, ada hasil penelitian yang menyebutkan jumlah penggemar Iwan mencapai 8 juta orang.
Proporsi terbesar adalah mereka yang berusia 18-24 tahun sebanyak 42 persen, lalu kelompok umur 25-34 tahun (28 persen).
Golongan usia 18-34 tahun inilah yang disebut Wahyu Aditya, praktisi dunia kreatif, sebagai generasi milenial.
Generasi ini tumbuh bersamaan dengan berkembangnya teknologi internet. Mereka sangat aktif di jagat maya dan asyik berjejaring lewat media sosial.
Kebetulan, putri kedua Iwan, Annisa Cikal Rambu Basae, termasuk generasi ini.
Cikal kini berusia 31 tahun.
Cikal bersama adiknya, Raya Rambu Rabbani (13), membuka wawasan ayahnya pada internet.
Maka, pemusik yang pernah dianggap sebagai orang berpengaruh di Asia oleh majalah Time ini berselancar di Facebook dan Twitter.
Ia bahkan dibuatkan sticker (animasi) wujudnya sebagai pelengkap percakapan di aplikasi obrolan Line.
"Saya sebenarnya berjarak dengan internet. Namun, penting masuk situ (media sosial). Saya merasa punya banyak teman, enggak kesepian," kata Iwan.
Ia membaca kritik banyak orang dan sesekali membalasnya lewat cuitan.
Pada ranah musik, Iwan juga merasa terbantu dengan teknologi streaming. Pesan dalam lagunya bisa segera sampai kepada penggemar.
"Dulu kalau habis rekaman masih harus nunggu produksi album selesai. Sekarang, selesai satu lagu bisa langsung disiarkan di internet," katanya.
Keniscayaan hadir di internet dan rentang penggemar yang lebar membuat penyedia jasa musik streaming Yonder Music menggaet Iwan sebagai duta mereka.
"Rekam jejak Iwan Fals di kancah musik Indonesia tidak diragukan lagi," kata Zico Kemala Batin, Country Manager Yonder Music Indonesia.
Bersama XL Axiata, Yonder membuatkan konser tunggal untuknya.
Konser dihelat pada hari ulang tahun ke-55 Iwan. Baru sekali seumur hidupnya ia berkonser besar di hari ulang tahun.
Iwan terharu.
Setelah merampungkan lagu pertama, "Aku Bukan Pilihan", ia terlihat menyeka sudut mata kanannya.
Di tengah kepraktisan yang ditawarkan internet, Iwan masih merasa perlu bertemu langsung dengan penggemarnya lewat konser.
Ia membalas doa dan ucapan selamat dengan menggeber 20 lagu.
Iwan tetap tak mau mengingkari hati nuraninya sesuai lirik lagu "Hio" yang disajikan sebagai penutup konser malam itu. (Herlambang Jaluardi)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 September 2016, di halaman 17 dengan judul "Iwan Fals dan Kaum Milenial".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.