Panitia menerima sekitar 300 aplikasi dan telah memilih enam finalis. Film mereka juga akan diputar sepanjang festival, yakni Ojo Sok-sokan, Nunggu Teka, Deadline, It's A Match, Outgrowth, serta Ibu dan Anak Perempuannya.
Salah satu juri, Kamila Andini, mengatakan, sekarang ini bioskop didominasi film-film produksi Hollywood.
"Ini mengingatkan betapa pentingnya festival ini. Saya senang ada ruang untuk film lokal, untuk mereka tumbuh," katanya.
Mengingat pengalamannya saat belajar di Australia, Andini menuturkan, film-film Indonesia pun banyak mendapat tempat di hati warga Australia.
Dia bercerita, salah satu muridnya saat menjadi guru tari pernah mengatakan, "Ibu, Rangga... Rangga...."
Ternyata, mereka menonton juga Ada Apa dengan Cinta dan menggemari Nicholas Saputra.
Mouly menambahkan, sebagai negara multikultur, Australia memiliki beragam selera film. Tak hanya film Hollywood, tetapi juga sinema dunia.
"Banyak bioskop kecil yang menayangkan world cinema. Di Chinatown juga ada bioskop yang memutar film Tiongkok," katanya. (FRANSISCA ROMANA NINIK)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Januari 2017, di halaman 25 dengan judul "Dewasa Itu Menakutkan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.