Kurang greget
Seperti sudah disinggung di atas, film ini memang bukan film untuk "semua orang", karena temanya yang cukup berat dan plotnya yang acak.
Namun, di film ini Shia LeBeouf menampilkan akting yang luar biasa, jauh berbeda dengan aktingnya sebagai Sam Witwicky dalam Transformers atau pengemudi tank Boyd "Bible" Swan.
Dalam Transformers, LeBeouf memang tak dituntut berakting terlalu "serius" karena film ini memang tak lebih dari sekadar hiburan.
Sementara dalam Fury, yang temanya lebih berat, LeBeouf hanya sebagai pemeran pembantu yang secara kharisma kalah dari Brad Pitt yang menjadi pemeran utama.
Nah, dalam film ini LeBeouf menjadi pemeran utama, seorang veteran perang yang mengalami masalah kejiwaan serta meyakini istri dan putranya menjadi korban penculikan.
Akting LeBeouf dalam film ini harus diakui cukup memikat tetapi sayangnya secara keseluruhan dia tak mampu mengangkat greget film.
Penonton agaknya terlalu lelah, mungkin bahkan kebingungan, dibawa alur maju mundur yang terus menerus ditambah penggambaran suasana yang suram hampir di sepanjang film ini.
Agaknya, sang sutradara berusaha menggugah rasa ingin tahu penonton dengan menyembunyikan kebenaran hingga nyaris di penghujung film.
Namun, upaya itu malah membuat penonton lelah dan mungkin tak berulang kali melirik jam karena bosan duduk lebih lama lagi di kursi bioskop.
Selain itu, sutradara (penulis skenario?) kurang dramatis dalam mengeksekusi ending film yang sebenarnya memiliki tema yang menarik.
Mungkin bagian terbaik dalam film ini justru dialog antara Kapten Peyton dan Gabriel di Afganistan.
Dalam bagian inilah, kemampuan para aktor sungguh-sungguh dimunculkan. Tanpa adegan ini mungkin seluruh film bakal terasa lebih hambar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.