Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"End of Black Era", Film Fantasi yang Mengangkat Perajin Tradisional

Kompas.com - 17/06/2017, 15:10 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

"Melalui film fantasi ini, bisa menjadi jembatan antara generasi yang muda dan tradisional. Soalnya kalau hanya sebatas dokumenter mungkin orang khususnya yang muda tidak begitu tertarik dan tidak mau nonton," kata Yuris.

Selain itu, lanjut Yuris, film itu juga ingin menunjukkan kerajinan tradisional di Indonesia itu bisa dikembangkan di dunia desain. Buktinya, kostum aktor dalam film End of Black Era tak terkesan tradisional meski bahannya merupakan hasil kerajinan tradisional.

"Orang-orang di bidang desain bisa eksplor lebih dengan menggabung antara tradisional dan modern," kata Yuris.

Yuris mengatakan, kelanjutan film End of Black Era ini juga akan menggunakan hasil kerajinan tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Ia dan Yongki tengah melakukan riset tentang kerajinan tradisional yang sudah mulai ditinggalkan.

"Kami sudah ada beberapa kerajinan yang kami simpan. Tapi kami tetap masih melakukan survei dan kalau ada informasi soal perajin tradisional ini kami akan tampung," kata Yuris.

Sementara Yongki mengatakan, proses pembuatan tiga film dokumenter itu menghabiskan waktu selama delapan bulan dengan anggaran sekitar Rp 300 juta. Menurutnya, proses riset dan pengambilan gambar di lokasi perajin membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan pembuatan film fantasi hanya berlangsung selama sehari di Kota Depok.

"Riset sejak agustus, sedangkan ambil gambar di tempat perajin harus berkali-kali. Seperti Mbah Reso, kami tidak bisa langsung mengambil gambar langsung. Kami harus berulang kali mengambil gambar Mbah Reso karena beliau sudah sepuh," ujar Yongki.

Terkait dengan kelanjutan cerita, Yongki mengaku belum bisa memastikannya. Selain masih melakukan riset, ia masih melihat respons pecinta film di Indonesia terhadap film buatannya tersebut.

Ia mengaku akan melakukan screening film di sejumlah tempat seperti Jakarta, Semarang, dan Malang, sebelum melanjutkan film End of Black Era.

"Dari film ini kami bukan hanya ingin menghidupkan kembali perajin tradisional, tapi kami juga ingin membuat lokasi pengambilan gambar film kami (End of Black Era) itu menjadi tempat pariwisata," ujar Yongki.

Yongki membeberkan, lokasi pengambilan gambar film selanjutnya nanti akan dilakukan di daerah Belitung. Menurut dia, Belitung menjadi satu lokasi yang sangat layak dan ideal untuk melanjutkan potongan cerita End of Black Era.

"Di sana sejarah yang belum dikemas seperti Yogyakarta atau Bandung. Dan di Belitung itu wisata alamnya sangat bagus, sementara terancam rusak karena akan ada perusahaan tambang yang mau masuk. Kami sangat berharap wisata terangkat sehingga penambangan tidak jadi. Masyarakat di sana pun yakin wisata mampu menghidupi mereka ketimbang tambang yang merusak lingkungan," ujar Yongki seraya mengatakan film hasil karyanya bersama Yuris itu telah didaftarkan ke festival film internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com