Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutradara Seni Pertunjukan Mhya Johannes Bahas Tari Kecak di AS

Kompas.com - 23/07/2017, 11:15 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com -- Sutradara seni pertunjukan Indonesia Mhya Johannes mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan seni panggung di Lincoln Centre for the Performing Arts, sebuah institusi seni musik, tari, film, opera, dan teater terbesar di New York City, AS.

Didirikan pada 1956, Lincoln Centre, yang terletak persis di jantung seni area Manhattan, sejak awal didukung oleh miliarder Rockefeller melalui Rockefeller Brothers Fund, yang memiliki misi untuk menjadikan New York City kota seni dunia.

Sejak itu Lincoln Centre dianggap sebagai barometer seni New York. Para seniman yang tampil di situ diseleksi ketat melalui audisi dengan akurasi artistik yang sangat tinggi.

Beberapa seni pertunjukan yang ditampilkan di teater itu The New York Philharmonic Orchestra, Juliard School, New York City Ballet, dan Mostly Mozart Festival.

Pianis jazz dari Indonesia Joey Alexander juga memulai karier di New York City dengan tampil di panggung Lincoln Center bersama salah seorang pemusik jazz ternama dunia, pemain trompet Wynton Marsailis.

Selama satu bulan, Mhya, yang mewakili Indonesia bersama para sutradara seni panggung lain, dari 23 negara lain, mengikuti berbagai pelatihan, dari penulisan naskah, art directing, stage directing, hingga ke berbagai hal teknis panggung.

Mhya juga mendapat kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi bersama para sutradara panggung pertunjukan musikal di New York City.

Berikut ini adalah wawancara Mhya oleh Program Director/Produser VOA, Naratama Rukmananda, ketika Mhya berkunjung ke Washington DC:

VOA: Bagaimana proses Mhya hingga diterima dalam workshop ini?

Mhya: Pada bulan Februari lalu, aku submit aplikasi ke Lincoln theatre. Dalam aplikasi itu, aku menyerahkan essay dan satu buah tulisan naskah pagelaran karyaku. Kalau dihitung totalnya ada lebih dari 100 halaman yang dikirim ke New York.

Ternyata, awal Maret mereka bales melalui e-mail bahwa aku diterima di program ini. Bersyukur sekali, apalagi aku termasuk dalam lima sutradara yang mendapatkan dukungan fund dari Lincoln. Jadi untuk program ini, mereka melakukan seleksi dan akurasi.

VOA: Apa saja pelajaran yang Mhya dapatkan?

Mhya: Dalam program ini ada pelatihan untuk script reading for play, lalu ada persiapan untuk pergelaran. Juga, hal-hal teknis seperti lighting dan audio. Seluruh proses hingga play kami pelajari.

VOA: Bila dibandingkan dengan seni pertunjukan di Indonesia, apakah perbedaannya?

Mhya: Sangat banyak ya. Dan, yang paling terasa adalah speed of work. Semuanya dijalankan dengan disiplin waktu yang ketat. Dalam program ini saja, jadwalnya padat banget, start jam 10 pagi hingga selesai jam 10 atau 12 malam.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau