Ternyata, awal Maret mereka bales melalui e-mail bahwa aku diterima di program ini. Bersyukur sekali, apalagi aku termasuk dalam lima sutradara yang mendapatkan dukungan fund dari Lincoln. Jadi untuk program ini, mereka melakukan seleksi dan akurasi.
VOA: Apa saja pelajaran yang Mhya dapatkan?
Mhya: Dalam program ini ada pelatihan untuk script reading for play, lalu ada persiapan untuk pergelaran. Juga, hal-hal teknis seperti lighting dan audio. Seluruh proses hingga play kami pelajari.
VOA: Bila dibandingkan dengan seni pertunjukan di Indonesia, apakah perbedaannya?
Mhya: Sangat banyak ya. Dan, yang paling terasa adalah speed of work. Semuanya dijalankan dengan disiplin waktu yang ketat. Dalam program ini saja, jadwalnya padat banget, start jam 10 pagi hingga selesai jam 10 atau 12 malam.
VOA: Apakah tema dari workshop ini?
Mhya: Temanya, Making theatre in time of change. Bagaimana kita bereksplorasi dalam seni teater atau seni pertunjukan untuk melakukan perubahan dalam masyarakat.
VOA: Apakah ada seni Indonesia yang Mhya bawa dalam workshop ini?
Mhya: Dalam program ini ada 67 sutradara dari 23 negara. Kami bersama-sama memikirkan ke depan, untuk menghasilkan sebuah play yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kami saling berbagi ilmu dan share pengalaman. Saya mengulas tarian kecak dari Bali dan cerita tentang Ramayana. Saya ajak mereka untuk menginterpretasi kecak dan Ramayana menurut imajinasi masing-masing. Jadi, kami bersama-sama belajar dasar dan konsep tari kecak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.