Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunkirk: Bertahan Hidup adalah Sebuah Kemenangan

Kompas.com - 27/07/2017, 14:12 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Nolan juga kemudian menampilkan hamparan pantai Dunkirk yang luas dengan ratusan ribu tentara Inggris berbaris lunglai menunggu dinaikkan ke atas kapal penjemput.

Adegan saat sang prajurit muda Tommy (Fionn Whitehead) menyaksikan ratusan ribu orang berbaris lunglai sambil diterpa angin dingin di pantai Dunkirk, merupakan adegan yang amat mencekam.

Di saat adegan memelas itu berlangsung dalam keheningan, tiba-tiba terdengar suara menyeramkan datang dari langit.

Itulah suara pesawat pengebom tukik milik Luftwaffe Ju-87 atau Stuka yang akan melakukan serangan.

Tanpa ampun, pesawat-pesawat itu menjatuhkan bom ke arah barisan tentara Inggris yang langsung menceraiberaikan mereka.

Sungguh sebuah adegan yang membuat bulu kuduk merinding.

Sejak  menit pertama, suasana ancaman kematian dan upaya bertahan hidup disajikan Nolan yang terus mengikat penonton dan kelegaan baru diberikan di saat-saat terakhir film ini.

Penderitaan 

Di adegan lain, Nolan memunculkan adegan yang menampilkan tekanan psikologis yang dialami seorang prajurit di masa perang.

Salah satunya muncul ketika seorang prajurit yang diperankan Cillian Murphy diselamatkan sebuah perahu  Dawson (Mark Rylance), putranya Peter (Tom Glynn-Carney), dan remaja bernama George (Barry Keoghan).

Dawson menyelamatkan sang prajurit saat menemukannya terduduk di puing-puing kapalnya yang hancur ditembak kapal selam Jerman.

Saat dinaikkan ke dalam kapal, sang prajurit enggan duduk di dek bawah perahu yang lebih hangat dan selalu terlihat takut. Peter, yang masih muda, kebingungan dengan sikap si prajurit.

“Jika kau pernah merasakan dibombardir, maka kau akan paham perasaan dia,” kata Dawson kepada putranya.

Karena diselamatkan sebuah perahu Inggris, sang prajurit mengira dia akan segera pulang. Namun, ternyata Dawson mengarahkan perahunya ke Dunkirk.

Hal ini kemudian menimbulkan ketegangan karena sang prajurit yang muak dengan perang tak mau lagi kembali ke Perancis.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau