Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Filosofi Kopi Angga Sasongko dan Fenomena "Dream Maker" Kontemporer

Kompas.com - 04/08/2017, 18:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

PARA pencerita di era modern, seperti sutradara film berusia tiga puluh dua tahun Angga Dwimas Sasongko, tak lagi terikat hanya oleh satu format media.

Mereka telah menjangkau berbagai platform mulai film, televisi, periklanan, video hingga game online, untuk memproduksi dan mereproduksi cerita mereka.

Saat ini, lebih dari 55 persen penduduk Indonesia menghabiskan waktunya lebih dari enam jam per hari untuk berselancar di internet, terutama melalui smartphone.

Maka tak heran, perjuangan untuk sekadar menangkap “bola mata” seseorang menjadi sebuah usaha yang epik dan tak ada akhirnya.

Seperti yang Angga katakan, “Sekarang ini, hanya soal bagaimana mendekatkan diri dengan penonton. Bagaimana cara masuk ke smartphone setiap orang? Membuat konten lalu menembuskannya ke dalam smartphone.”

Melalui dua film Filosofi Kopi-nya, Angga telah membuktikan dirinya sebagai frontrunner dalam area multidimensi ini, ketika sebuah film tak lagi sekadar film biasa dan ditayangkan di bioskop, tetapi lebih luas lagi.

Boleh dibilang, Angga seperti ingin menciptakan semesta (universe) dengan mengajak kaum muda milenial Jakarta menyeruput espresso di kafe-kafe modern bernuansa kayu sekaligus komunitas-komunitas petani di Lampung, Toraja, dan Jawa Timur.

Seri Filosofi Kopi menceritakan sebuah persahabatan dua lelaki sedari kecil yang luar biasa. Sebuah bromance antara seorang Indonesia keturunan Tionghoa dan pribumi, suatu hal yang muskil terjadi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta baru-baru ini.

Mereka adalah duo yang unik, Jody (diperankan oleh Rio Dewanto) adalah keturunan Tionghoa dengan karakter kaku, keras, dan tukang pikir. Sebaliknya, Ben (Chicco Jerikho) adalah barista yang temperamen dan bersemangat, tapi memiliki filosofi dalam setiap cangkir kopi yang diramunya.

Tak terelakkan, hubungan mereka mulai terganggu hingga mengusik bisnis bersama ketika muncul sosok-sosok perempuan yang memperumit hidup mereka.

Dalam film pertama, ada El (Julie Estelle), penulis kopi yang angkuh yang menggiring cerita. Di film kedua muncul pengusaha cantik bernama Tarra (Luna Maya), dan seorang barista eksentrik berdedikasi bernama Brie (Nadine Alexandra). Mereka menguji para pria ini.

Baik dalam Filosofi Kopi pertama maupun kedua, realitas kehidupan sehari-hari di Indonesia seperti kekerasan, ketidakadilan, dan kekebalan hukum, mengoyak keseimbangan secara tajam.

Khususnya Ben yang dipaksa menerima tragedi keluarga yang telah membentuk hidupnya. Namun di satu titik, dia akhirnya menemukan kedamaian ketika memutuskan untuk meneruskan pembibitan kopi yang dirintis mendiang ayahnya di Lampung.

Meskipun tak satu pun dari kedua film ini mencapai box office, mungkin karena latar ceritanya yang terlalu urban, namun Angga meyakinkan saya bahwa kedua filmnya itu menguntungkan.

Dan karena kegigihannya menggunakan berbagai platform, seri Filosofi Kopi berdampak luar biasa terhadap budaya pop Indonesia.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau