Pastinya, kedua bintang pria itu pun menjadi “properti panas”. Di saat yang sama, Angga juga berhasil menunjukkan semangat dan jiwa kontemporer Jakarta pascareformasi yang menuju ulang tahun keduapuluh.
Bukan berarti Angga yang menemukan budaya kopi di Indonesia. Sejak dulu kala, budaya minum kopi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan di Nusantara.
Memang ada kata khusus dalam bahasa Indonesia yaitu “ngopi-ngopi” yang berarti “pergi keluar untuk minum kopi”. Apa yang Filosofi Kopi capai adalah membuat "ngopi-ngopi" itu menjadi lebih keren sekaligus memuliakan integritas petani kopi.
Menariknya, dan ini tema konstan dengan milenium global, Filosofi Kopi juga membangkitkan kerinduan pada sebuah keaslian dan kehidupan yang nyaman dan tenang.
Ada beberapa adegan yang memamerkan pemandangan alam Indonesia yang begitu indahnya. Angga seakan ingin menggoda penonton yang terjebak dalam kesemrawutan Jakarta untuk kembali ke desa.
Wiro Sableng 212
Setelah Filosofi Kopi, Angga tetap menjadi sutradara yang super sibuk. Dia akan segera mengalihkan produksinya ke pembuatan film laga yang mengangkat kisah legendaris Wiro Sableng 212.
Ini sebuah proyek besar dengan dana yang besar juga dari Fox International, dan Angga dipercaya menjadi sutradaranya. Proyek ini juga akan menjadi sebuah lompatan besar bagi Angga yang harus syuting selama tiga bulan di daerah terpencil dan hutan lebat di Jawa Barat.
Selain itu, Angga juga punya rencana sendiri untuk perusahaanya, Visinema Pictures, yang telah memiliki daftar proyek hingga 2021, termasuk pembuatan ulang serial televisi Keluarga Cemara yang dulu sempat menjadi tontotan favorit.
Dia juga sangat beruntung karena memiliki Anggia Kharisma, istri yang juga andal sebagai produser film.
Setelah menonton beberapa hasil karyanya, mulai dari Cahaya Dari Timur: Beta Maluku yang epik, kisah tentang penyelamatan anak-anak korban perselisihan agama di Ambon dengan sepak bola, hingga Surat Dari Praha, tampak jelas bahwa Angga sangat mahir menangani cerita-cerita berorientasi laki-laki.
Meski dia ingin menunjukkan bahwa karakter perempuan di dalam filmnya juga sama-sama memiliki peran yang penting, saya tidak setuju. Namun, film-filmnya mendapatkan pengakuan yang kritis dan menjadi bagian dari lanskap budaya kontemporer.
Singkatnya, Angga adalah sutradara yang tidak terpengaruh tren, tidak ada film horor untuk Angga. Dan menurut saya, dia kelak akan membuat jackpot dalam film-film box office di tahun-tahun mendatang.
Bertemu langsung dengan lulusan Universitas Indonesia dan ayah dari satu anak ini juga sedikit mengejutkan karena terlepas dari aspek-aspek historis dan emosional di film-filmnya, Angga adalah sosok berperawakan kecil.
Namun, tubuhnya yang kecil itu tertutupi oleh tekad dan semangat yang kuat. Dia adalah orang yang dapat membuat semuanya terjadi, seorang impresario modern seperti halnya Run Run Shaw atau George Lucas.