"Pembeli tadi ada yang lima tahun ketemu lagi ada dua tahun juga ada," tutur Johanes.
Ia mengaku berencana akan menjual di sebuah kedai tetap. Rencananya ia akan berjualan di sekitar Jalan Bugisan. Rasa Kopi Jo racikan Johanes memang berbeda dengan kopi pada umumnya.
Kompas.com sempat mencicipi kopi racikan Johanes tersebut. Dari kejauhan aroma kopi racikanya menyerupai cokelat. Namun, ketika diseruput, rasanya, ada sensasi rempah ketika menyeruputnya.
"Basic-nya robusta, ada susu, rempah dan cokelat. Kalau (bahan) rempahnya rahasia," tutur Johanes.
Ia mengaku mulai meracik Kopi Jo sejak 2009. Dari hobinya memasak itu, ia meracik Kopi Jo dan menjualnya di sejumlah pergelaran kesenian. Dari pergelaran itu, kopinya diterima masyarakat.
"Nama Kopi Jo sendiri yang kasih nama bukan saya, tapi teman agar mudah disebut dan diingat," ucap Johanes.
Meski sudah mengikuti dua kali perhelatan Prambanan Jazz Festival, Johanes mengatakan, ada hal yang berbeda pada tahun ini. Menurut dia, gerai para tenant di festival tahun ini tidak menghadap langsung ke arah panggung.
Tahun lalu, kata dia, pengunjung yang jajan di Pasar Kangen bisa menyaksikan penampilan artis.
"Dulu stannya berbentuk letter U, berhadapan langsung dengan panggung," ucap Johanes.
Kendati begitu, Johanes mengatakan, hal tersebut bukan menjadi persoalan. Menurut dia, berjualan di manapun tidak menjadi masalah asalkan cara melayaninya diterima pembelinya. Hal itu pula, menurut dia, yang membuat pembeli selalu kembali datang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.