Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Sumpah Laut Sumpah Kita

Kompas.com - 30/10/2017, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Petik Laut memberi metafora dengan makna aktivitas-aktivitas memetik, mengambil, memungut atau memperoleh hasil dari laut, berupa ikan yang mampu menghidupi nelayan.

Ritual sejenis di sebagian wilayah di Pulau Jawa lain, di Jawa Timur bagian utara, di Lamongan kita akan bertemu tradisi Tutup Layang. Sedangkan di Pulau Madura, masyarakatnya mengenal ritual yang disebut Rokatan.

Setiap bulan Muharram atau di malam Syuro dalam penanggalan Jawa, para nelayan menggelar ritual ini. Dengan puncaknya ribuan orang melarung objek-objek yang dianggap sesaji ke lautan lepas.

Mereka menggelar saat bulan penuh atau purnama, sebuah momen yang dipercaya para nelayan berpantang melaut. Jika dilanggar, akan terjadi bala atau musibah.

Atau kita beranjangsana ke wilayah lain. Bertamu ke masyarakat suku Banjar, yang menjadikan sungai sebagai tapal batas antara jiwa dan badan: lautan dan daratan.

Sungai-sungai membentuk karakter khas bagi suku-suku bangsa yang berdiam, hidup dan bergelut dengan energi kodratinya. Sungai menjadi rumah bagi jiwa, yang kelak menuju semuanya ke lautan lepas.

Karakter ini meresap pada lanskap hidup suku Banjar, sebagai realitas segala sumber bagi kehidupan. Ekspresi budaya berupa mitologi dan cara mencari nafkah memberi keterikatan sekaligus kebebasan, keakraban, serta penyatuan diri.

Suku Banjar di Kalimantan Selatan memeluk sungai tidak hanya untuk mempertahankan hidup dan tempat bermukim. Lebih dari itu, sungai dipandang tempat bersemayamnya para pendahulu, tempat tinggal makhluk berkekuatan supranatural.

Beberapa aktivitas yang melanggar kehidupan sungai akan menyebabkan bala, dengan datangnya sakit. Beberapa areal sungai dipercayai tetua adat memiliki kekuatan adi kodrati yang dipatuhi komunitas orang-orang Banjar lama sebagai keseimbangan atas segala hal.

Pada kajian ilmiah, para sarjana menemukan fakta-fakta, lelaku itu justru menampakkan kesadaran utuh menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem keseluruhan sungai.

Adanya sebuah ritual kuno tertentu, yang meminta izin pada leluhur agar tak melanggar tabu, dalam pandangan modern adalah manifestasi penjaga harmoni antara alam dan manusia.

Inilah pemandangan sehari-hari pasar terapung di Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, 22 Januari 2004. Selain suasananya ramai, nuansa tradisional yang alami dengan andalan komoditas lokal sangat kental. Satu-satunya pasar terapung termegah di Kalsel.Kompas/Amir Sodikin Inilah pemandangan sehari-hari pasar terapung di Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, 22 Januari 2004. Selain suasananya ramai, nuansa tradisional yang alami dengan andalan komoditas lokal sangat kental. Satu-satunya pasar terapung termegah di Kalsel.
Kearifan budaya lokal itu masih tetap kita yakini mereka menyembah Yang Esa, memuliakan manusia sekaligus penghormatan tulus pada alam. Masyarakat Banjar lama, sampai saat ini tetap memperlakukan sungai secara harmoni.

Kita bisa menengok juga ke wilayah pesisir pantai Utara Jawa, seperti Subang, Indramayu, dan Cirebon dengan ritual Nadran. Ritual yang mengungkap rasa bahagia atas rezeki yang dilimpahkan selain permohonan perlindungan pada-Nya, terhadap segala hambatan tatkala mencari nafkah di lautan.

Di Kabupaten Indramayu, ritual Nadran digelar pada bulan Oktober sampai Desember berlokasi di Pantai Eretan Kulon, Eretan Wetan, Dadap, Limbangan dan Karangsong. Sedangkan di Kabupaten Subang, di antaranya adalah di Pantai Blanakan.

Nadran atau biasa disebut Labuh Saji sebuah prosesi memberi sesajen, yang dalam keyakinan Hindu adalah penghormatan pada leluhur. Sementara, dalam budaya Islam dikenal di masyarakat setempat sebagai semacam ikrar atau janji kepada Yang Maha Esa untuk melaksanakan sesuatu jika rezeki berhasil didapat.

Kekuatan simbolisme mereka sering diungkapkan pada objek-objek tertentu yang akan dilabuh ke lautan lepas. Misalnya, objek yang disebut sebagai Ancak. Sebuah anjungan yang meyerupai replika perahu yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan khas, dan lain sebagainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com