KOMPAS.com - Surat yang ditinggalkan mendiang Jonghyun SHINee mengungkap bahwa dia mengalami depresi parah.
Kasus bunuh diri Jonghyun memicu desakan akan perubahan besar-besaran pada ekosistem K-pop yang kompetitif, penuh tekanan, dan pengawasan ketat dari agensi-agensi artis.
Dalam wawancara dengan media Korea, member girl group T-ara, Hyomin, mengungkap betapa ketatnya aturan yang harus mereka jalani untuk menjadi seorang idola.
"Begitu ponsel kami disita agensi, kami menggunakan ponsel prabayar. Kami juga menyelinap diam-diam keluar dari asrama meskipun itu dilarang," tutur Hyomin seperti dikutip dari Korea Herald dalam artikel "Trading personal life for fame", Rabu (20/12/2017).
Agar tidak ketahuan, kata Hyomin, mereka menata kasur sedemikian rupa agar dikira mereka sedang tidur.
"Tetapi kami tidak tahu mau pergi ke mana. Jadi kami hanya mengobrol berjam-jam di sebuah kafe di Gangnam Station," lanjut Hyomin.
Penuturan Hyonmin itu untuk menjawab pertanyaan 'pernahkah kalian melanggar aturan selama sembilan tahun menjadi penyanyi idola'.
Jawaban Hyomin itu menunjukkan bahwa keluar dari kamar pun merupakan pelanggaran.
Agensi atau manajemen artis biasa memberlakukan aturan yang ketat bagi artis-artis bintangnya. Salah satunya dengan mewajibkan mereka tinggal bersama.
Lumrah juga bagi agensi untuk menyita ponsel para bintang. Dengan nada bercanda member F.T. Island, Lee Hong-gi, mengatakan aturan itu dimulai dari band mereka.
Salah satu contohnya adalah BTS, boyband yang menjadi sensasi internasional. Baru-baru ini mereka pindah ke tempat tinggal baru, di salah satu apartemen termahal di Korea. Mereka tinggal bersama sejak dibentuk pada 2013.
Pengawasan ketat terhadap para idola itu berakar dari ekosistem K-pop yang unik, yakni bintang jarang ditemukan, mereka diciptakan.
Dunia K-pop berkisar pada tiga agensi paling besar, yakni YG Entertainment, JYP Entertainment, dan SM Entertainment. Yang disebut terakhir adalah yang menaungi Jonghyun.
Para pemandu bakat mencari bintang-bintang baru dari lomba menyanyi di sekolah hingga audisi di reality show.
Peserta yang terjaring kemudian dilatih para profesional selama bertahun-tahun dan menandatangani kontrak. Hanya sedikit dari ribuan peserta yang dipilih atau dianggap memiliki potensi menjadi bintang.