KOMPAS.com - Selama beberapa dekade, para bintang K-pop menjadi impian para remaja Korea yang melihat kehidupan para idola yang glamor dan mewah.
Namun surat terakhir mendiang Jonghyun SHINee mengungkap sisi lain kehidupannya sebagai bintang K-pop. Di balik gemerlap kehidupannya, Jonghyun mengalami depresi berat.
Surat Jonghyun menggambarkan pergulatannya hidup di bawah sorotan publik. Segala sisi kehidupannya dipantau dan dinilai. Ada pujian setinggi langit, sebaliknya kritik tajam pun bisa dengan mudah datang.
Di balik senyum penuh percaya diri di panggung, banyak bintang K-pop, termasuk Jonghyung, pernah blak-blakan bicara tentang depresi dan tekanan yang mereka hadapi.
Dalam sebuah program televisi setempat, Jonghyun mengakui sulit baginya berbicara tentang perasaannya, kekhawatirannya dihakimi publik, dan bahwa dia tidak memiliki orang tempat bersandar.
Contoh lainnya, Choa, yang meninggalkan girl band AOA karena mengalami depresi dan insomnia berkepanjangan.
Atau Hani dari EXID yang berterus terang dalam sebuah acara televisi tentang keinginannya menjadi konselor kesehatan mental dengan harapan bisa membantu para trainee idola yang kerap mengalami stres berat.
Dua identitas
Leader boyband BTS, RM, bercerita tentang pengalamannya membaca komentar "jahat" dari netizen.
"Saya pernah memikirkan sebuah komentar jahat dari netizen dengan perasaan 'saya tidak suka orang ini' selama lima jam dan lima hari," kata pemuda 23 tahun itu.
Para pakar berpendapat ada beberapa hal yang menyebabkan para selebritas menjadi rentan depresi.
Psikiater dari Asan Medical Center di Seoul, Kim Byung-soo, mengatakan kondisi psikologi yang tidak stabil serta pemisahan identitas (sebagai artis dan warga biasa) merupakan salah satu penyebab utama depresi di kalangan selebriti.
Kim Byung-soo sendiri menangani sejumlah selebritas yang mengalami hal tersebut.
"Studi psikologi menunjukkan bahwa selebritas, yang terlibat dalam aktivitas kreatif dan artistik, memiliki kemungkinan tinggi mengalami depresi dibandingkan warga kebanyakan," kata Kim seperti dikutip Korea Herald, Rabu (20/12/2017).
"Orang dengan profesi seperti itu mudah mengalami perubahan suasana hati dan emosi dibandingkan yang lain. Itu elemen yang terkait depresi," lanjut Kim.
Kim Byung-soo menambahkan para figur publik kerap harus membagi diri, antara identitas sebagai artis dengan yang sebenarnya.
Kesenjangan antara dua identitas itu melebar, para selebritas bisa kehilangan jatidiri dan menjadi bergantung pada "topeng" figur publik.
"Itu bisa menghancurkan seseorang," kata Kim.
Beberapa pesohor K-pop, termasuk Jonghyun, Jiyeon dari T-ara, dan Minah dari Girl's Day, pernah mengakui perasaan kehilangan jatidiri demi memuaskan keinginan publik.
Kim menambahkan tahap berikutnya menuju depresi adalah memisahkan diri dari orang lain. Kim menyebutnya 'untuk memutus ikatan dari identitas sebelumnya'.
Kesepian
"Menjadi selebritas bisa diibaratkan menyeberangi sungai tanpa bisa kembali ke titik sebelumnya. Beberapa yang berpikir menjadi pesohor akan selalu dikelilingi banyak orang. Namun sebenarnya hubungan pribadi mereka sangat terbatas dan sempit," papar Kim.
"Sulit bagi mereka untuk menjalin hubungan yang serius dengan orang lain. Mereka cenderung defensif dengan pikiran orang lain menyukai mereka karena penampilan dan reputasi. Itu membuat mereka merasa terasing dan kesepian, bahkan dari keluarga dan teman dekat," lanjut Kim.
Sementara itu Park Sang-hee, psikiater dari Sharon Counseling Center, menulis dalam sebuah opini bahwa figur publik bisa mengalami depresi karena kesepian dan menjalani kehidupan yang tidak stabil.
Sebelum menjadi psikiater, Park Sang-hee pernah menjadi anggota sebuah girl band pada tahun 1990-an.
Selebritas yang mulai merasakan depresi mengalami kesulitan lain, yakni mencari pertolongan medis. Tentu bukan karena masalah finansial, melainkan karena kehidupan mereka sangat disorot publik.
Menurut Kim Byung-soo, sebagian besar selebritas yang mengalami depresi enggan berobat ke klinik-klinik kejiwaan karena takut diketahui publik.
Karena itu beberapa agensi besar di industri K-pop menyediakan konselor untuk artis-artis mereka.
"Kami tidak bisa mengungkap pasien kami, tetapi banyak pesohor yang diam-diam berobat. Namun masih banyak yang mungkin menyembunyikan kondisi mereka," kata Kim.
Baca juga : Bullying terhadap Penggemar Jonghyun SHINee Bisa Berakibat Fatal
Sementara itu seorang manajer artis K-pop mengungkap bahwa sulit untuk melindungi artis-artis mereka dari stres. Padahal mereka sudah berusaha sebaik mungkin memantau kondisi mereka.
Bintang K-pop, kata manajer itu, tidak bisa memungkiri tuntutan untuk memenuhi "standar" publik, apalagi bila mereka sudah terkenal.
Baca juga : Imbauan Komunitas Pencegahan Bunuh Diri untuk Fans Jonghyun SHINee
"Kami mencoba memberi kenyamanan bila mereka terlihat tertekan. Namun sulit melindungi mereka dari stres. Contohnya, Anda tentu mengira mereka tak punya waktu membaca komentar netizen, tetapi mereka membaca semuanya. Itu tidak bisa dihindari," papar manajer itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.