KAIRO, KOMPAS.com - Film Indonesia Aisyah Biarkan Kami Bersaudara ikut diputar dan diperlombakan dalam Aswan International Women Film Festival (AIWFF) 20-26 Februari 2018 di kota wisata Aswan, sekitar 700 km arah selatan kota Kairo, Mesir.
Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara yang disutradarai Herwin Nufianto, menjadi salah satu film panjang yang dipertandingkan.
Film-film panjang yang dipertandingkan bersama Aisyah antara lain Angels Wear White dari China; Beauty and the Dogs dari Tunisia; The Blessed dari Algeria; Dede dari Georgia; Endangered Species dari Belgia, Layla M dari Belanda; Mesteka And Rehan dari Mesir; Tatto Girls dari Polandia; For Ahkeem dari Amerika; dan Faces Places dari Prancis.
Sementara yang dipertandingkan dalam film pendek, antara lain After the Reunion dari Finlandia; Atelier dari Denmark; Baghdad Parfume dari Irak; Bones for Otto dari Romania; The Bus dari Saudi Arabia; Carried by the Win dari Morocco; The Illusion Seller dari Tajikistan, Lilacs dari Jerman; Two Times on the Bed dari Spanyol; Mum, I’m Back dari Yunani.
AIWFF 2018 ini adalah yang ke-2. AIWFF yang dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan Inas Abdel Dayem ini menjadi unik karena mengangkat film-film yang terkait dengan perempuan; mengangkat isu dan persoalan perempuan, bintang film perempuan, sutradara ataupun produser perempuan.
Festival diikuti oleh 35 negara dengan keikutsertaan 100 film, dalam katagori film panjang dan film pendek.
Film-film dalam festival ditayangkan di ruang teater Ahnatun Hotel Helnan kota Aswan dan ditayangkan di biskop-biskop dan teater-teater di perkampungan untuk masyarakat umum di desa-desa wilayah Aswan.
Baca juga : Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara Diminati di Sofia
AIWFF tahun ini didedikasikan untuk seorang pejuang perempuan asal Algeria yang bernama Djamila Bouhired atas perjuangan melawan penjajahan dan yang menjadi simbol perempuan dunia melawan kolonialisme.
Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara, menjadi salah satu film yang mendapatkan sambutan hangat pada penayangan di kampung-kampung. Film ini, menurut Presiden Festival Muhamed Abdel-Khalek, menjadi menarik selain karena mengangkat misi perdamaian dunia dan persaudaraan antar pengikut agama yang berbeda, juga menampilkan suasana NTT yang memiliki kesamaan dengan beberapa kampung di Aswan.
Presiden AIWFF Mohamef Abdel Khalek mengucapkan terima kasih atas partisipasi Indonesia dalam festival film internasional wanita itu, serta memberi sertifikat dan penghargaan yang diterima Wakil Dubes RI untuk Mesir, Kemal Haripurwanto.
AIWFF juga memberikan anugerah kehormatan tamu sepesial aktor dari Amerika Serikat Danny Glover, memberikan penghargaan kepada bintang Mesir Mona Zaki, atas peranannya dalam mengangkat isu-isu perempuan di berbagai film yang dibintangi.
Penghargaan juga diberikan kepada Atyyat El Abnoudy seorang sutradara perempuan Mesir yang telah menghasilkan lebih dari 25 film, dan kepada Mariane Khoury, sutradara dan produser perempuan yang telah berperan luas dalam pengembangan perfilman di Mesir.
Lima orang juri kategori film panjang, yang masing-masing dari India, Algeria, Inggris, Belanda dan Mesir memberikan penghargaan khusus kepada film Cina, Angels Wear White, yang disutradarai Vivian Q, film Mesir Mestika and Reihan yang disutradarai Dina Abdel Salam, dan kepada Nora El-Koussaur pemeran utama film Laula M dari Belanda.
Juri memilih Gregory Gade Bois sebagai pemeran laki-laki terbaik dari film Endangered Species dari Perancis-Belgia; Nadia Kaci sebagai pemeran perempuan terbaik dari film yang dibintanginya The Blessed dari Algeria; Sofia Djama sebagai penulis skenario terbaik dalam film The Blessed; Mijke De Jong sebagai sutradara terbaik dari film Layla M; dan menetapkan film Endangered Species dari Perancis-Belgia sebagai film terbaik.
Baca juga : Arie Dilarang Melucu di Film Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara
Sementara tiga orang juri katagori film pendek, yang masing-masing dari Messir, Italia dan Rusia, memberikan penghargaan khusus kepada film Amerika The Secret Disease karya sutradara Erica Scoggins.
Juri memilih Dimitris Katsimiris dari Yunani sebagai penulis skenario terbaik dalam fimnya Mum I’m Back, Elsa Maria Jakobsdotter dari Denmark sebagai produser terbaik dalam film Atelier, dan menetapkan film dari Finlandia, After the Reunio, sebagai film terbaik.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Cairo Usman Syihab menyatakan bahwa film Aisyah didaftarkan dalam festival ini atas izin Pusat Pengembangan Perfilman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Kami sangat bangga dapat ikut ambil bagian dalam festival ini, kami juga berharap semoga Indonesia dapat terus berpartisipasi dalam festival ini di tahun-tahun yang akan datang, juga pada festival film lainnya, dengan film-film yang terbaik, sehingga film Indonesia dapat dikenal lebih luas oleh publik Mesir, atau masyarakat Arab dan Afrika yang lebih luas," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.