Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Dorongan Bermain Seniman di Art Jakarta 2018

Kompas.com - 01/08/2018, 21:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBUAH ajang art fair digelar dengan tajuk Art Jakarta 2018. Event tersebut menampilkan berbagai rupa galeri, baik dari lokal maupun internasional, institusi seni semacam Bekraf sampai gelaran art talk dan workshop.

Dari sekian partisipan, sebuah art space yang dipresentasikan di Booth A5, Grand Ballroom Ritz Carlon, Pacific Place, Jakarta menarik untuk diulas. Temanya adalah Play Drive, yang mengeksplorasi dorongan bermain manusia yang dihasilkan oleh seniman.

Dalam pameran ini, seniman-seniman membangun metafora menakar ingatan-ingatan kolektif dan pengalaman personalnya pada proses penciptaan karya.

Play Drive bisa disebut sebagai perimbangan bertemunya hasrat manusia dan nalar manusia yang menghubungkan seniman pada jagat sosial (Homo socious).

Jika hasrat dilambangkan sebagai kehidupan, sementara yang bernalar adalah bentuk, maka dorongan bermain adalah bentuk yang hidup atau dorongan estetis dalam suatu karya seni.

Ketika seniman memiliki intensi bermain, bukan berarti mereka tidak serius, namun dengan absorsi dan devorsi mampu menyatakan keseriusan yang terfokus.

Citra Sasmita Karya Citra Sasmita, Les Fleurs du Mal, Mix Media on canvas, 100x120cm, 2018 Foto Citra Sasmita
Seperti pada pameran itu, karya pelukis Citra Sasmita, dengan karya berjudul Les Fleurs du Mal atau The Flowers of Evil terinspirasi dari puisi penyair Perancis, Charles Baudelaire yang menyukai strategi simbolisme.

Citra menggambarkan energi bermain melalui gambar tubuh perempuan “memerangkapkan diri” di tumbuhan kaktus dengan bunga merah muda.

Perempuan adalah simbol makhluk kuat yang menggunakan nalar dengan memandu hasrat. Seperti bunga dari tumbuhan kaktus, ia mampu hidup dalam kondisi cuaca ekstrem panas dan sedikit air.

Sementara pelukis Alvian Anta Putra, dengan tajuk Adu Domba memberi gambaran abstraksi piksel-piksel digital menyajikan metafora pembauran yang riil dan fiksi dalam imej-imej lukisan.

Dalam konteks ini, manusia dihela hasrat pemenuhan mutlaknya, sebagai dorongan inderawi untuk mengadu domba satu dan yang lainnya. Lukisan ini mengilustrasikan kondisi mawas diri, agar terhindar dari sikap adu domba.

Alvian, mempresentasikan dua lelaki beradu kuat dan kertas-kertas bertumpukan sebagai gambaran masalah, serta imej tentang uang dan lelaki ketiga adalah sang mastermind.

Karya Kukuh Nuswantoro Karya Kukuh Nuswantoro, Hotel, Acrylic on Canvas, 2018 Foto Kukuh Nuswantoro.jpg
Jika kita menengok pelukis Kukuh Nuswantoro, denghan judul Hotel, memberi pesan bahwa kondisi-kondisi tertentu mental yang diibaratkan sebuah hotel yang menyimpan energi-energi reflektif berbagai ragam bertemunya manusia.

Para penghuninya merupakan representasi situasi peradaban modern yang mempertemukan kegalauan sekaligus harapan-harapan tentang manusia pada zamannya.

Pelukis Catur Bina Prasetyo, lain lagi. Catur dengan judul karyanya Mainkan Pikiranmu mengulik fenomena games, yang merespons dorongan bermain manusia di jagat internet.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau