SEBUAH ajang art fair digelar dengan tajuk Art Jakarta 2018. Event tersebut menampilkan berbagai rupa galeri, baik dari lokal maupun internasional, institusi seni semacam Bekraf sampai gelaran art talk dan workshop.
Dari sekian partisipan, sebuah art space yang dipresentasikan di Booth A5, Grand Ballroom Ritz Carlon, Pacific Place, Jakarta menarik untuk diulas. Temanya adalah Play Drive, yang mengeksplorasi dorongan bermain manusia yang dihasilkan oleh seniman.
Dalam pameran ini, seniman-seniman membangun metafora menakar ingatan-ingatan kolektif dan pengalaman personalnya pada proses penciptaan karya.
Play Drive bisa disebut sebagai perimbangan bertemunya hasrat manusia dan nalar manusia yang menghubungkan seniman pada jagat sosial (Homo socious).
Jika hasrat dilambangkan sebagai kehidupan, sementara yang bernalar adalah bentuk, maka dorongan bermain adalah bentuk yang hidup atau dorongan estetis dalam suatu karya seni.
Ketika seniman memiliki intensi bermain, bukan berarti mereka tidak serius, namun dengan absorsi dan devorsi mampu menyatakan keseriusan yang terfokus.
Citra menggambarkan energi bermain melalui gambar tubuh perempuan “memerangkapkan diri” di tumbuhan kaktus dengan bunga merah muda.
Perempuan adalah simbol makhluk kuat yang menggunakan nalar dengan memandu hasrat. Seperti bunga dari tumbuhan kaktus, ia mampu hidup dalam kondisi cuaca ekstrem panas dan sedikit air.
Sementara pelukis Alvian Anta Putra, dengan tajuk Adu Domba memberi gambaran abstraksi piksel-piksel digital menyajikan metafora pembauran yang riil dan fiksi dalam imej-imej lukisan.
Dalam konteks ini, manusia dihela hasrat pemenuhan mutlaknya, sebagai dorongan inderawi untuk mengadu domba satu dan yang lainnya. Lukisan ini mengilustrasikan kondisi mawas diri, agar terhindar dari sikap adu domba.
Alvian, mempresentasikan dua lelaki beradu kuat dan kertas-kertas bertumpukan sebagai gambaran masalah, serta imej tentang uang dan lelaki ketiga adalah sang mastermind.
Para penghuninya merupakan representasi situasi peradaban modern yang mempertemukan kegalauan sekaligus harapan-harapan tentang manusia pada zamannya.
Pelukis Catur Bina Prasetyo, lain lagi. Catur dengan judul karyanya Mainkan Pikiranmu mengulik fenomena games, yang merespons dorongan bermain manusia di jagat internet.