JAKARTA, KOMPAS.com--Novel "September" dipilih untuk mengisi acara "Bincang Buku Bersama Anggota DPR RI" di Perpustakaan MPR, Gedung Nusantara IV, Senayan, Jakarta, Rabu (26/09) pkl 13.00 WIB.
Novel karya sastrawan Noorca M. Massardi yang pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Tiga Serangkai, Solo (2006), itu dicetak ulang oleh Penerbit Basabasi, Jogjakarta, pada September 2017.
Menurut Noorca M. Massardi, novel "September" itu "seratus persen fiksi, namun diilhami oleh peristiwa nyata Tragedi September 1965 di Indonesia."
Novel yang ditulis selama enam tahun itu didasarkan pada sejumlah riset pustaka dari peneliti Indonesia dan asing yang mencoba memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada tanggal 30 September sampai dengan 1 Oktober 1965. "Ini bagian dari tanggungjawab sejarah saya sebagai pengarang, kepada bangsa Indonesia," katanya.
Sebelum dibukukan, novel itu sendiri pernah dimuat sebagai cerita bersambung di harian Media Indonesia, Jakarta pada kurun 2004, dengan judul "Perjalanan Darius." Namun, sebelum selesai, "Pemuatan cerbung itu dihentikan pihak redaksi di tengah jalan, karena satu dan lain hal yang tidak saya ketahui sampai sekarang," kata Noorca.
Sejak terbit pada 2006, pembahasan tentang novel itu baru dilakukan di Jakarta dan Jatinangor, Jawa Barat pada 2006, dan di Rumah Maiyah Jogjakarta pada Oktober 2017 lalu. "Mungkin karna temanya dinilai sensitif, banyak pihak enggan membahas novel ini," kata Noorca sambil tertawa.
Dalam bincang buku di Perpustakaan MPR itu tampil sebagai pembicara Ibu Popong Djundjunan, anggota DPR paling senior dari Partai Golkar, dan Puti Guntur Soekarno, mantan anggota DPR dari FPDIP (2014-2019), yang mengundurkan diri karena ikut dalam pencalonan pemilihan kepala daerah provinsi Jawa Timur 2018.
***
PEMBICARA:
Popong Otje Djundjunan adalah politisi tertua di DPR (2014-2019). Ia berasal dari Partai Golkar daerah pemilihan Jawa Barat I. Di kontestasi pemilu 2014, ia menjadi caleg nomor dua Golkar di daerah pemilihannya.
Popong Otje Djundjunan menjadi 'bintang' dalam sidang paripurna DPR, Rabu 1 Oktober hingga Kamis 2 Oktober dini hari. Pasalnya, Popong kerap mengeluarkan celotehan khas, saat memimpin sidang. Acap kali, perempuan lulusan Institut Keguruan dan ilmu Pendidikan (sekarang UPI) itu berceloteh dengan Bahasa Sunda. Atau kadang, dia bertindak seperti seorang nenek saat memimpin sidang.
Namun, tak hanya ulah lucu dan menggemaskan yang diperlihatkan Popong. Perempuan kelahiran 30 Desember 1938 itu juga bertindak tegas. Hal itu diperlihatkan saat banyak anggota DPR yang mengajukan walkout dan meminta interupsi saat palu sudah diketuk.
Di DPR, perempuan yang akrab disapa Ceu Popong ini sebenarnya bukan orang baru di Senayan. Ia pernah menjadi anggota DPR pada periode 1987-1999, dan 2009-2014. Di DPR periode lalu (2009-2014), Popong menjadi anggota Komisi X.
Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarno Putri (lahir di Jakarta, 26 Juni 1971), lebih dikenal dengan nama Puti Guntur Soekarno. Puti adalah anggota DPR periode 2009–2014 dan 2014-2019 (Komisi X) dan cucu Presiden Pertama RI Soekarno. Ia adalah putri dari pasangan Guntur Soekarnoputra, dan Henny Emilia Hendayani. Puti menikah dengan Johansyah Jaya Kameron (Joy Kameron), dan dikaruniai dua anak: Rakyan Ratri Syandriasari Kameron dan Rakyan Danu Syahandra Kameron.
Meski menjadi cucu proklamator, Puti termasuk pribadi yang ramah, membumi, dan sangat egaliter dalam pergaulan sehari-hari. Dia juga dikenal sebagai penggemar berat film-film India alias Bollywood seperti Jodha Akbar dan Kabhi Khushi Kabhie Gham. Kegemaran terhadap film-film Bollywood tersebut diakui Puti diturunkan dari neneknya, Fatmawati Soekarno, yang kerap mendengarkan lagu-lagu India dari radio.
Namun, tak hanya kegemaran pada Bollywood yang diturunkan Fatmawati kepada Puti. Tapi juga kemampuan membaca Al Quran. Fatmawati lah yang mengajari Puti mengaji.
Puti menempuh pendidikan sekolah dasar di Yayasan Perguruan Cikini kemudian melanjutkan di jenjang pendidikan tingkat pertama di SMP Yayasan Perguruan Cikini. Setelah lulus SMP, Puti melanjutkan ke SMA 1 Budi Utomo. Di perguruan tinggi, Puti memilih melanjutkan pendidikannya di S1 Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Sebagai cucu Bung Karno, Puti mengenal betul pemikiran kakeknya. Terutama tentang keberpihakan terhadap rakyat kecil dan memimpin negeri kaya yang terdiri dari banyak suku dan agama seperti Indonesia. Karena pengetahuannya itu, Puti sampai diundang sebagai dosen yang secara rutin memberikan kuliah tentang Soekarno di Universitas Kokushikan, Setagaya, Tokyo, Jepang. Dia juga didaulat menjadi profesor tamu di Soekarno Research Centre kampus tersebut.
Di bidang politik, posisi sebagai anggota Komisi X DPR RI tak membuat Puti menjadi politikus yang hanya numpang nama. Sejak menjadi anggota Komisi yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi kreatif, pemuda dan olahraga, serta perpustakaan nasional, Puti justru semakin aktif. Dia ditunjuk sebagai Ketua Departemen Bidang Organisasi DPP PDI Perjuangan periode 2010-2015.