Kelurahan Petobo menjadi salah satu lokasi terdampak gempa paling parah, selain wilayah Perumnas Balaroa. Ribuan korban diperkirakan masih tertimbun tanah bersama bangunan di dua lokasi itu.
Dua daerah tersebut, yakni Balaroa dan Petobo, merupakan pusat kerusakan paling dahsyat karena rumah dan fasilitas publik di titik itu tertimbun tanah bak ditelan bumi. Menurut sejumlah saksi, beberapa detik setelah gempa 7,4 SR mengguncang Palu, wilayah kelurahan itu terlihat semburan air yang cukup tinggi, lalu tiba-tiba permukaan tanah menurun sehingga ikut menarik seluruh benda di atasnya.
Bahkan, beberapa bangunan seperti masjid bergeser jauh sekitar 50 meter dari posisi semula.
Likuifaksi itu..
Likuifaksi yang menimpa wilayah Petobo dan Balaroa di Palu, Sulawesi Tengah, disebut-sebut sebagai fenomena langka di Indonesia.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar mengatakan, peristiwa ini ditandai dengan tanah yang kehilangan kekuatannya dan berubah menjadi lumpur.
Tercatat, ada 1.747 rumah di Balaroa dan 744 rumah di Petobo yang 'ditelan' lumpur. Diduga, ratusan orang juga ikut terhisap di bawah lumpur tersebut.
Likuifaksi terjadi di kawasan dengan tanah aluvium. Rudy menjelaskan, likuifaksi terjadi disebabkan kawasan yang berada di Petobo dan Balaroa berada di tanah aluvium atau tanah 'muda'.
"Bahasa geologinya tanah yang masih muda. Hitungan mudanya ratusan tahun," kata Rudy di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta Pusat (3/10).
Menurut Ahli Geologi dari Universitas Saint Louis AS, John Encarnacion, likuifaksi yang terjadi di Palu dan Sigi adalah yang paling menyeramkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.