Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pamela Anderson Besuk Pendiri WikiLeaks Julian Assange di Penjara

Kompas.com - 08/05/2019, 08:32 WIB
Kistyarini

Editor

Sumber CNN

KOMPAS.com - Artis peran Pamela Anderson membesuk pendiri WikiLeaks Julian Assange yang kini ditahan di penjara dengan tingkat keamanan tinggi Belmarsh di Inggris, Selasa (7/5/2019).

Ini merupakan kunjungan pertama bagi Assange sejak dia dibawa dari Kedutaan Besar Ekuador di London, Inggris, pada April lalu.

Pamela Anderson mengatakan Assange seharusnya tidak perlu ditahan di penjara dengan pengamanan maksimal.

"Dia tidak pernah melakukan kejahatan yang kejam, dia tidak bersalah," kata bintang Baywatch itu sekeluar dari penjara.

Menurut Anderson, Assange dikucilkan dari semua orang, termasuk anak-anaknya. Pria asal AS itu juga tidak mendapat akses informasi apa pun.

"Dia orang baik dan luar biasa. Saya menyayanginya dan tidak bisa membayangkan yang sekarang dia lalui," lanjut Anderson.

Bintang film yang kini menjadi aktivis itu sering berkunjung selama Assange menghuni Kedubes Ekuador. Gara-gara itu, muncul spekulasi mereka menjalin hubungan asmara.

Pada kunjungannya itu, Anderson didampingi Pemimpin Redaksi WikiLeaks Kristinn Hrafnsson. Pertemuan mereka, kata Hrafnsson, sangat emosional. Assange, katanya, dipaksa menghabiskan 23 jam di dalam selnya.

"Saya terkejut melihat teman saya, yang seorang intelektual, penerbit, jurnalis. Seseorang yang mengubah dunia jurnalistik dengan karyanya kini hidup di penjara dengan pengamanan tinggi," kata Hrafnsson.

Pada Rabu (1/5/2019), Assange dijatuhi hukuman penjara selama 50 pekan setelah terbukti melanggar persyaratan jaminan pembebasannya pada 2012 silam.

Saat itu, Assange memilih mengungsi ke Kedutaan Besar Ekuador di London dan tinggal di sana dengan status suaka sebelum ditangkap pada 11 April lalu.

Ketika itu Assange hendak diekstradisi ke Swedia di mana dia dituduh melakukan kekerasan seksual dan pemerkosaan. Dia menyebut dakwaan itu berkaitan dengan keputusannya merilis dokumen rahasia AS.

Assange khawatir dakwaan itu hanya menjadi alibi untuk menahannya dan kemudian mengirimkannya ke AS di mana pria berusia 47 tahun itu bakal menghadapi penuntutan.

AS mendakwa Assange melakukan konspirasi dengan mantan analis intelijen AS Chelsea Manning untuk mendapatkan password komputer milik Kementerian Pertahanan pada Maret 2010.

Manning kemudian memberikan ratusan dokumen rahasia berisi kesalahan militer AS di Perang Irak beserta sejumlah rahasia yang diperoleh dari negara lain.

Persidangan tersebut dihadiri oleh sejumlah pendukung Assange yang berada di luar pengadilan. Mereka yakin jika dibawa ke AS, Assange bisa mendapat dakwaan lebih serius dengan ancaman hingga hukuman mati.

Pemimpin Redaksi WikiLeaks Kristinn Hrafnsson saat ini fokusnya adalah berupaya sudah AS tidak diekstradisi ke AS.

"Ini bakal menjadi pertanyaan hidup dan mati," terangnya.

Dalam surat terbuka yang dikirim ke pengadilan, Assange meminta maaf karena sudah melanggar pembebasan bersyaratnya dengan kabur ke Kedubes Ekuador tujuh tahun silam.

"Saya melakukan apa yang saya pikir merupakan hal terbaik dan bisa saya perbuat saat itu. Jadi, saya meminta maaf tanpa syarat apapun," ujar Assange dalam suratnya.

Baca juga: INFOGRAFIK: Linimasa Kontroversi Julian Assange...

Sidang selanjutnya dilaporkan digelar pada 30 Mei mendatang, dengan Inggris harus memilih antara AS ataukah Swedia sebelum mengekstradisi Assange.

Swedia juga mengajukan permintaan ekstradisi buntut tuduhan kekerasan seksual yang dilakukan Assange. Kasus itu sempat digugurkan pada 2017.

Namun setelah Assange ditangkap polisi London setelah Ekuador mencabut status suakanya, pengacara korban pemerkosaan meminta supaya kasusnya dibuka kembali.

Baca juga: Presiden Ekuador Tuduh Julian Assange Pakai Kedutaan untuk Kegiatan Mata-mata

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com