JAKARTA, KOMPAS.com - Artis peran Dian Sastrowardoyo tiba-tiba teringat dengan film Istirahatlah Kata-kata dan proses penangkapan penyair kritis, Wiji Thukul.
Hal itu dia ungkapkan setelah Jumat (27/9/2019) pagi, Dian Sastro ikut dikejutkan dengan penangkapan musisi Ananda Badudu.
"Liat ig story @anandabadudu saya jadi inget gimana rasanya nonton film #IstirahatlahKataKata dan proses penangkapan #widjithukul," tulis Dian, Jumat pagi, seperti dikutip Kompas.com.
Dian juga teringat dengan ketegangan saat membaca novel Laut Bercerita karya Leila S Chudori.
Baca juga: Ananda Badudu dan Dandhy Laksono Ditangkap, Dian Sastro: Kenapa Jadi Begini Sih?
Jumat pagi sekitar pukul 04.00, Nanda berusaha merekam proses saat ia dijemput polisi. Nanda merekam momen awal ia membuka pintu dan sudah ada beberapa pria di depan rumahnya itu.
Pria yang mengaku dari kepolisian tersebut sempat protes ketika mengetahui Nanda merekam kejadian itu.
Pagi itu, tagar #BebaskanAnandaBadudu langsung menghiasi dunia Twitter. Petisi Bebaskan Ananda Badudu muncul yang diinisiasi mantan rekan duet Nanda di Banda Neira, Rara Sekar.
Beruntung, Nanda dibebaskan hari ini dan statusnya sebagai saksi. Namun, Nanda justru mengkhawatirkan sejumlah mahasiswa yang kabarnya masih ditahan dan belum bisa pulang sejak aksi demonstrasi pada 24 September 2019 lalu.
Polisi membantah kabar tersebut.
Baca juga: Mengenal Ananda Badudu, Musisi yang Ditangkap karena Galang Dana Demo Mahasiswa
Istirahatlah Kata-kata
Adapun mengenai film Istirahatlah Kata-kata, bisa dibilang menjadi karya untuk menolak lupa kasus hilangnya sastrawan Wiji Thukul.
Film besutan sutradara Yosep Anggi Noen itu menceritakan sosok Wiji Thukul atau bernama asli Widji Widodo sebagai penyair yang terus dalam pelarian.
Wiji juga dikenal sebagai aktivis Hak Asasi Manusia. Sikapnya kritis menentang ketidakadilan di negerinya. Namun sikap kritis dan pena tajamnya itu ternyata membuat kehidupan Wiji tidak aman. Dalam pelariannya, Wiji tetap menulis puisi.
Salah satu puisi Wiji yang populer berjudul "Peringatan"
Jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gasat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!
Juli 1998, Wiji Thukul hilang dan tak pernah kembali hingga saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.