Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Perlindungan untuk Aktor Laga di indonesia

Kompas.com - 30/10/2019, 14:56 WIB
Tri Susanto Setiawan,
Ira Gita Natalia Sembiring,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi pemain film laga harus mengambil risiko fisik seperti dibanting, dipukuli, hingga terkena benda tajam saat berakting.

Tidak jarang mereka mengalami cedera saat syuting.

Rumah produksi biasanya menggunakan stuntman atau peran pengganti untuk adegan-adegan berbahaya.

Namun, banyak bintang laga yang memilih tidak menggunakan stuntman.

Baca juga: Perankan Sub-Zero di Mortal Kombat, Joe Taslim Merasa Terbebani

Mereka lebih suka melakukan sendiri adegan-adegan berbahaya itu.

Di Hollywood, aktor Tom Cruise dan Jackie Chan termasuk yang memilih jungkir balik dan menghadapi risiko cedera bahkan maut dalam film-filmnya.

Karena itu, tim medis sangat diperlukan untuk sebuah produksi film laga. Namun, yang paling penting adalah asuransi.

Baca juga: Joe Taslim Sebut Sub-Zero untuk Film Mortal Kombat Dibuat Untuknya

Joe Taslim mengatakan, asuransi adalah kebutuhan wajib bagi seorang pemain film laga.

Tanpa asuransi, kata dia, pemain tidak akan merasa tenang lantaran adegan-adegan laga penuh dengan risiko cedera.

"Asuransi itu dibutuhkan ketika bekerja di produksi-produksi yang bertanggung jawab. Kalau main film kaki patah, terus rumah produksi enggak mau bertanggung jawab? Siapa yang bayar? Asuransi," kata Joe.

Joe, yang beberapa kali bekerja bareng rumah produksi internasional termasuk Hollywood, mengatakan industri film di AS sangat menjunjung tinggi keselamatan, tidak hanya aktor tetapi juga stuntman.

Baca juga: Kolaborasi dengan Aktor Laga, Sheryl Sheinafia Gemetarq

"Kalau di luar negeri pasti ada. Kalau ada apa-apa rumah produksi yang bertanggung jawab. Asuransi butuh secara pribadi karena kita enggak pernah tahu, apalagi pekerja film. Tapi, apakah setiap bermain film kita butuh asuransi? Aku rasa semua manusia butuh asuransi," kata Joe.

"Kalau di luar negeri itu sebenarnya karena produksi sudah sangat maju. Jadi itu bagian dari undang-undang yang ditandatangi oleh presiden. Kita (produksi film di Indonesia) belum ada ke situ," sambung Joe.

Joe berharap produksi film di Indonesia dapat meniru industri film di Hollywood.

Ia juga ingin pemerintah membuat regulasi tentang perfilman di Indonesia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau