Akan terasa betapa Raden Saleh di tangan Iksaka Banu adalah seorang sosok flamboyan, yang sangat paham bagaimana bertingkah laku di hadapan kaum "pemberi beasiswa", dan bagaimana pula dia memperlakukan para perempuan yang terpesona dirinya yang magnetik dan eksotik.
Akan juga terasa bahwa sesungguhnya tingkah laku ini--yang ditulis berdasarkan riset ketat dan mendalam--diimbangi dengan keanggunan karya-karya Raden Saleh yang menjadi bintang, Si Pangeran dari Timur di Eropa.
Bahkan di beberapa adegan, kita akan melihat betapa Raden Saleh gemar sekali mengalamatkan dirinya sebagai "pangeran", sesuatu yang mempunyai makna berbeda ketika kita berada di tanah Eropa.
Sementara Kurnia Effendi menyajikan isi Kota Bandung 100 tahun kemudian dengan tokoh jelita Ratna Juwita, yang berhadapan di antara para pemuda yang terisap oleh pesonanya, keinginan tahunya tentang dunia seni rupa dan Raden Saleh.
Tentu saja para pria berlomba menjadi "alpha male" yang berlomba menjadi sumber segala pengetahuan si bidadari.
Tetapi roman segitiga ini tentu saja sekaligus memperlihatkan bagaimana posisi Raden Saleh di dalam dunia seni rupa yang hingga kini pun masih saja menjadi "persoalan" bagi mereka yang tak semua sepakat bahwa dia adalah pionis Indonesia seni rupa modern Indonesia.
Novel ini adalah sebuah petualangan yang asyik ke masa romantisme Hindia Belanda--kelak bernama Indonesia--sekaligus satu tantangan bagaimana kita selayaknya bisa memisahkan karya dari penciptanya.
Podcast "Coming Home with Leila Chudori" episode novel "Pangeran dari Timur" bersama Iksaka Banu dan Kurnia Effendi bisa ditemukan di Spotify atau melalui tautan ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.