Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Rizal Iwan Membahas Novel Awi Chin dan "Queer Literature"

Kompas.com - 07/04/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah itu, Rizal menganggap kumpulan cerpen "Rahasia Bulan", ed. Is Mujiarso (Gramedia Pustaka Utama, 2006) adalah gebrakan berikut, "karena banyak penulis-penulis di dalam kumpulan ini high profile yang menawarkan perspektif yang berbeda-beda tentang LGBTQ." Yang dimaksud high profile, maksud Rizal, hadirnya karya-karya antara lain Djenar Maesa Ayu, Linda Christanty, Clara Ng.

Rizal menunjuk sekitar tahun 2014-2015 di mana terjadi satu titik balik di dalam wacana LGBTQ di Indonesia hingga timbulnya hysteria anti LGBTQ.

"Ini juga memengaruhi dalam dunia penerbitan (dan juga sinema) yang 'dipaksa' patuh kepada arus konservatisme, sehingga kisah-kisah LGBTQ bergeser ke ranah online, wattpad dan penerbit indie," kata Rizal.

Rizal menunjuk contoh-contoh novel "Bukan Perjaka" dan "Anak Gembala yang tertidur Panjang di Akhir Zaman" yang bagus dan lahir dari penerbit alternatif.

Menurut Rizal, bahwa baru beberapa tahun terakhir Queer Literature mulai masuk lagi ke penerbitan besar seperti "Sergius Mencari Bacchus: 33 Puisi" karya Norman Erikson Pasaribu , yang kemudian disusul dengan karya Awi Chin ini.

Dalam novel "Yang Tak Kunjung Usai", Awi Chin tetap menunjukkan "persoalan" khas cinta gay dengan segala persoalan stigma, pagar adat dan agama, "dan saya menganggap itu tetap penting dikemukakan, karena the struggle is there..."

Tentu saja, seperti beberapa novel lain yang juga memasukkan penderitaan yang tak habis-habisnya, Awi Chin menghabiskan 386 halaman ini untuk rentetan penderitaan sekaligus gejolak batin ketiga tokoh muda itu, termasuk perasaan marah dan kotor sekaligus rasa cinta.

Akan tetapi, Awi memberikan sebuah akhir yang penuh harapan, yang tak selalu harus tragis dan kelam, seperti halnya beberapa karya queer literature yang kita kenal (salah satu contoh novel tragis yang dibahas dalam podcast ini "A Little Life" karya Hanya Yanagihara).

Selain itu, keistimewaan Awi, menurut Rizal, adalah kepandaannya menyusun tahap-tahap kehidupan Saul dan Bagas yang pada awal dan akhir akhirnya malah berubah posisi. Ini sebuah novel yang penting untuk dibaca, demikian Rizal Iwan menekankan.

Anda bisa mendengarkan obrolan panjang dan mendalam dengan Rizal Iwan di podcast "Coming Home with Leila Chudori" episode pertama hari ini di Spotify.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com