Dalam novel "Yang Tak Kunjung Usai", Awi Chin tetap menunjukkan "persoalan" khas cinta gay dengan segala persoalan stigma, pagar adat dan agama, "dan saya menganggap itu tetap penting dikemukakan, karena the struggle is there..."
Tentu saja, seperti beberapa novel lain yang juga memasukkan penderitaan yang tak habis-habisnya, Awi Chin menghabiskan 386 halaman ini untuk rentetan penderitaan sekaligus gejolak batin ketiga tokoh muda itu, termasuk perasaan marah dan kotor sekaligus rasa cinta.
Akan tetapi, Awi memberikan sebuah akhir yang penuh harapan, yang tak selalu harus tragis dan kelam, seperti halnya beberapa karya queer literature yang kita kenal (salah satu contoh novel tragis yang dibahas dalam podcast ini "A Little Life" karya Hanya Yanagihara).
Selain itu, keistimewaan Awi, menurut Rizal, adalah kepandaannya menyusun tahap-tahap kehidupan Saul dan Bagas yang pada awal dan akhir akhirnya malah berubah posisi. Ini sebuah novel yang penting untuk dibaca, demikian Rizal Iwan menekankan.
Anda bisa mendengarkan obrolan panjang dan mendalam dengan Rizal Iwan di podcast "Coming Home with Leila Chudori" episode pertama hari ini di Spotify.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan