Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Mengapa Kita Tetap Butuh Toko Buku?

Kompas.com - 14/04/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Steven mengaku selama pandemi, dia juga banyak melayani keinginan pembaca melalui online dan buku dikirim ke alamat pembeli. "Toko Buku tetap buka, tetapi pengunjung tentu saja berkurang," katanya.

Tetapi seperti dikatakan Hertoto, kalaupun tak ada pandemi, dia merasa toko buku di Jakarta, tidak terlalu penuh sebagaimana pembeli yang antre seperti ular di Kinokuniya Singapura dan Bangkok. "Di sana kita harus sampai bersenggolan dengan calon pembeli lainnya."

Dan, tentu saja kami berempat saling berdebat masalah mengapa toko buku harus hilang satu per satu.

Meski debat kami terasa seperti gurauan di warung kopi virtual karena kami melakukannya antar 4 kota, 3 negara, namun ternyata kami mempunyai cita-cita yang sama: membangun sebuah toko buku kecil.

Steven Sitongan, yang paling muda dan milenial di antara kami langsung mewujudkan cita-citanya.

Adapun tiga lainnya kebanyakan "perhitungan". Rane Hafied, misalnya, seorang kreator konten di agensi iklan Bangkok mengaku sibuk bekerja, sehingga cita-citanya mendirikan buku masih berupa impian.

"Saya ingin sekali membuat toko buku yang berisi buku-buku anak-anak yang membesarkan generasi saya, macam karya Laura Ingalls Wilder, Winnetou, dan seterusnya," kata Hafied.

Hertoto Eko, seorang Konsultan IT berbasis di Singapura, memilih mendirikan toko buku yang seperti butik, "Hanya buku alternatif dan kecil saja".

Saya sendiri punya cita-cita ingin membangun toko buku kecil dan stationery serta mengadakan program diskusi sastra dan pemutaran film.

Satu-satunya yang sudah menjalankan cita-cita asyik ini hanyalah Steven yang mengingatkan bahwa langkah pertama bagi kami yang mundur-maju dalam mewujudkan cita-cita ini adalah: pikirkan lima judul pertama buku-buku yang menurut kalian harus dibaca masyarakat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+