Laksmi sendiri dengan penuh kesadaran menggunakan ekspresi seperti ini karena dia menyesuaikan dengan tokoh-tokohnya: ada ibu sosialita, perupa muda, atau pekerja di restoran Korea.
"Saya juga ingin mempunyai tempo yang lebih cepat di dalam cerpen-cerpen ini," katanya.
Meski demikian, mereka yang biasa membaca karya Laksmi akan menemukan "diri Laksmi" dalam setiap cerpennya, apakah itu cara para tokohnya mengekspresikan cinta, atau bagaimana tokohnya menghadapi derita (cerpen "Maya") yang penuh luka.
Bagaimana Laksmi menggugat pernikahan di bawah usia, atau bagaimana dia menceritakan bagaimana seorang anak perempuan justru tak aman hidup di antara keluarganya sendiri.
Di antara sebagian besar kisah yang tragis , tentu saja Laksmi menyajikan humor dalam cerpen "Noura dan Arini, Tidur dengan Seniman Besar".
Dua perupa muda, perempuan bertemu di pemakaman seorang seniman senior. Keduanya adalah bekas pacar si seniman besar, lalu apa yang terjadi?
Ini bukan saja cerpen yang penuh humor, tetapi juga, menurut pengakuan Laksmi, "Cerpen yang paling saya nikmati penulisannya." Ia berkata sambil tertawa.
Program podcast ini bisa Anda temui di Spotify atau platform lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.