Namun, malapetaka politik yang terjadi di tahun 1965 membuat Dukuh Paruk hancur.
Mereka terseret arus konflik politik dan divonis sebagai pengkhianat negara sehingga daerahnya dibakar, ronggeng beserta para penabuh calung ditahan oleh negara.
Srintil mendapat perlakuan pengecualian karena kecantikannya yang tak terbantahkan.
Srintil memiliki impian untuk mengubah kehidupannya setelah bebas dari tahanan para penguasa.
Secercah harapan bagi Srintil muncul saat dirinya bertemu kembali dengan Rasus, teman masa kecilnya.
Namun, masalah-masalah dalam hidup kembali berdatangan menghancurkan jiwa Srintil.