Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kak Seto: Pemerintah Kurang Beri Perhatian untuk Pak Raden

Kompas.com - 01/11/2015, 15:39 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Psikolog peduli perlindungan anak, Seto Mulyadi (64) atau Kak Seto, menyayangkan pemerintah kurang memberi perhatian kepada drs Suyadi alias Pak Raden, semasa pedongeng legendaris Indonesia itu hidup.

"Beliau adalah salah satu tokoh budaya juga melalui pendidikan. Tapi, menjelang usia lanjutnya malah mengalami berbagai permasalahan," tutur Seto kepada para wartawan di kediaman almarhum Pak Raden, di Jalan Petamburan III RT 03/RW 04, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (31/10/2015).

Pak Raden, yang identik dengan blangkon, beskap, dan kumis tebal, sejak 1995 memerjuangkan hak cipta Si Unyil, karakter ciptaannya, yang dikuasai oleh Pusat Film Negara (PFN). Namun, hingga tutup usia, ia tak pernah berhasil mendapatkan royalti yang menjadi haknya.

"Ada ketimpangan dengan artis yang main film. Ya, akhirnya tidak ada perhatian," kata Seto.

"Saya memohon Kementerian Kebudyaan menghargai beliau sebagai tokoh budaya. Beliau juga harus diperhatikan oleh sesama tokoh budaya," tuturnya lagi.

Sementara itu, bagi Seto, Pak Raden merupakan guru yang mengajarinya bagaimana menyayangi anak-anak dengan tulus. Seto mengatakan pula, ia bertemu untuk kali pertama dengan Pak Raden dalam acara mendongeng di Jepang pada 1979.

"Saya harusnya pergi ke Surabaya, saya sempatkan ke sini, karena dia adalah guru pertama saya, terutama perihal mencintai anak. Lalu, bagaimana konsisten kepada dunia anak-anak. Jadi, merasa kehilangan, karena salah satu tokoh pecinta anak yang konsisten. Dengan karyanya, dari cerita bergambar, dan mendongeng, isinya membangun karakter, cinta Tanah Air, hormat kepada orangtua, rajin belajar," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, sudah 10 tahun Pak Raden tinggal di rumah milik seorang kerabatnya, berukuran 100 meter persegi dengan tiga kamar, satu kamar tamu, dan sebuah dapur. Rumah tersebut tampak kusam dengan atap yang bocor dan rusak tak terawat.

Pak Raden tidak menikah dan tak memiliki anak. Di rumahnya, ia hidup bersama dua pengasuhnya, Madun dan Nanang.

Menurut Madun, Pak Raden menggantungkan hidupnya dari melukis dan menyajikan pertunjukan boneka sesuai keahliannya. Seiring dengan perkembangan zaman dan usia pak Raden, pertunjukan boneka merosot, tidak seperti pada zaman kejayaan Si Unyil.

Pak Raden telah berpulang dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Barat, Jumat (30/10/2015), pukul 22.20 WIB. Salah seorang kerabatnya, Ilona, mengatakan bahwa Pak Raden meninggal dunia setelah mengalami penurunan kondisi kesehatan pada Jumat siang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com