Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Warisan Walt Disney dengan Inovasi dan Teknologi

Kompas.com - 06/08/2017, 11:36 WIB
Kistyarini

Penulis

KOMPAS.com - Inovasi dan pemanfaatan teknologi. Itulah yang dilakukan Walt Disney Studios untuk menjaga legacy (warisan) yang ditinggalkan pendirinya, Walt Elias Disney.
 
President of Walt Disney Animation Studios, Andrew Millstein, menyatakannya dalam sebuah diskusi panel di kantor pusat The Walt Disney Company di Burbank, California, pertengahan Juli 2017 lalu.
 
"Warisan bisa dipandang dari dua sisi. Warisan bisa menjadi sebuah kekangan bila dianggap sebagai sesuatu yang harus dijaga ketat sampai-sampai kita tidak mau ambil risiko karena banyak yang harus dipertaruhkan," kata Millstein.
 
Ia memilih cara pandang kedua, yakni menjadikan warisan itu sebagai titik tolak untuk menuju masa depan, yakni dengan terus berkreasi dan berinovasi.
 
"Sebab warisan yang ditinggalkan Walt Disney dibuat melalui proses inovasi, kreasi, dan berani mengambil risiko," lanjut Millsteain.
 
Ia menilai sejak awal menciptakan film animasi, Walt Disney sudah mengambil risiko karena hal itu belum pernah dilakukan sebelumnya.
 
"Ketika menciptakan sebuah genre atau karya seni baru itu berisiko. Karena itu penting bagi kami untuk terus berkreasi dan membuat diferensiasi. Artinya kami harus terus membuat gambar yang bagus, cerita yang bagus, karakter menarik, dan karya bagus sebab seluruh dunia menanti karya bagus Disney," papar Millstein.
 
"Kami menjadi bagian dari sebuah institusi saat ini, dan kami ingin menciptakan warisan itu sekarang dengan cara berkreasi, berinovasi, dan berani mengambil risiko, yang memungkinkan kami menciptakan legacy," katanya.
 
Walt Disney Animation Studios sudah melahirkan puluhan film animasi menjadi box office. Dimulai dengan Snow White and the Seven Dwarfs pada 1937, disusul antara lain ole film-film terkenal lainnya seperti Cinderella (1950), Peter Pan (1953), Sleeping Beauty (1959), serta The Jungle Book (1967).
 
Film-film kondang Disney lainnya antara lain Beauty and the Beast (1991), Aladdin (1992), The Lion King (1994), Tangled (2010), Wreck-It Ralph (2012), Frozen (2013), Zootopia (2016), dan yang terbaru Moana (2016).
 
Teknologi dan talenta
 
Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan untuk menjaga warisan Walt Disney adalah dengan menghidupkan film-film animasi  menjadi versi live action.
 
Beberapa contohnya adalah Beauty and the Beast, The Jungle Book, Cinderella, dan Maleficent yang berlatar belakang kisah Sleeping Beauty.
 
Menurut President of Walt Disney Studios Motion Picture Production, Sean Bailey, teknologi berperan penting ketika timnya membuat versi live action dari film animasi yang sangat terkenal dan tertanam kuat di benak penonton selama bertahun-tahun.
 
"Teknologi sudah berkembang pesat. Yang kami lakukan adalah, seperti pada Jungle Book dan Beauty and the Beast, adalah memanfaatkan teknologi dan talenta-talenta baik untuk di belakang maupun di depan layar," kata Bailey.
 
Film versi live action, lanjut Bailey, memberi penonton pengalaman yang baru tentang sebuah dongeng klasik yang selama ini dikenal melalui film animasi.
 
"Teknologi memungkinkan kami memberi pengalaman yang belum pernah dirasakan dengan kisah itu," lanjut Bailey.
 
Ia mengatakan versi live action setia pada cerita yang sudah ditampilkan dalam film animasinya.
 
"Ada momen-momen ikonik dalam film animasi yang kami tuangkan dalam versi live action," lanjut Bailey.
 
Ia memberi contoh Beauty and the Beast. Teaser film yang ditampilkan langsung mengingatkan orang pada film animasinya. Penyebabnya antara lain adalah alunan musik karya Alan Menken dan Howard Ashman.
 
Sejauh ini Bailey dan timnya sudah merilis film versi live action Beauty and the Beast, Cinderella, dan Maleficent. Proyek berikutnya adalah Dumbo dan Aladdin.
 
Penonton anak-anak
 
Tantangan berbeda dihadapi Nancy Kanter, Executive Vice President of Content and Creative Strategy, Disney Channel Worldwide. Ia bertanggung jawab atas konten untuk semua kanal televisi Disney di seluruh dunia.
 
Bukan hal mudah karena penonton kanal tersebut adalah anak-anak di bawah usia 16 tahun. Selain itu timnya harus menjaga karakter-karakter klasik Disney seperti Mickey Mouse agar tetap relevan setelah hampir 100 tahun menemani anak-anak di seluruh dunia.
 
Menurut Kanter, popularitas Mickey Mouse, Minnie Mouse, juga Donald Duck, tidak lepas dari kejeniusan Walt Disney dalam menciptakan karakter-karakter tersebut.
 
"Banyak dari karakter-karakter itu dibuat sedemikian rupa dan memiliki kedalaman luar biasa sehingga kami bisa melanjutkannya sampai saat ini.
 
Ceritanya duah ada, tinggal bagaimana kami mencari cara baru dalam menyajikannya untuk penonton berbeda," papar Kanter.
 
Ia menambahkan, Disney Channel memiliki platform berbeda dengan Disney Animation Studios maupun Disney Motion Pictures. Berbeda dari segi konten karena disajikan untuk anak-anak.
 
"Kita membandingkan antara televisi dengan bioskop. Bagaimana karakter-karakter itu bisa ditonton anak-anak setiap hari. Dibandingkan dengan pengalaman menonton bioskop yang mungkin sebulan sekali. Jadi kami melihatnya dengan lensa berbeda," Kanter menjelaskan.
 
Ia bersyukur Disney memiliki sederet karakter yang tidak sulit untuk dijadikan relevan dengan situasi masa kini.
 
Sebagai catatan Mickey Mouse, karya oleh Walt Disney dan Ub Iwerk, muncul kali pertama pada tahun pada 18 November 1928 dalam film pendek Steamboat Willy.
 
Sejak itu ia sudah tampil dalam sekitar 130 film, ditambah dengan film seri animasi di televisi sejak tahun 1955.
 
Karya Walt Disney lainnya adalah Donald Duck. Bebek paling kondang sedunia itu tampil kali pertama pada 1934 dalam film kartun The Wise Little Hen.
 
Donal Bebek, begitu orang Indonesia menyebutnya, merupakan karakter yang paling sering tampil di film dan komik dibandingkan tokoh-tokoh lain keluaran Disney.
 
Pada tahun 2002, majalah TV Guide memasukkannya ke daftar 50 karakter kartun paling terkenal sepanjang masa.
 
Kini kanal televisi Disney tidak hanya menampilkan karakter-karakter klasik, melainkan juga beberapa tokoh baru yang juga mulai merebut hati penontonnya.
 
"Tantangan lain bagi kami yang di televisi adalah bagaimana kami menciptakan karakter-karakter baru yang bisa berkembang bersama tokoh-tokoh klasik seperti Mickey Mouse, para putri (Disney), atau Peter Pen. Itu tantangannya," lanjut Kanter.
 
Beberapa karakter baru di antaranya ditampilkan Disney Channel dalam film seri seperti Elena of Avalor (2016), Descendants (2015), Sofia the First (2013), dan yang sedang naik daunTsum Tsum (2017).
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau