Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Montecristo Pertahankan Formula Rock yang Berkisah

Kompas.com - 07/11/2017, 14:29 WIB
Irfan Maullana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Konser "Once Upon A Time… A Concert by Montecristo" digelar di Exodus Lounge, Kuningan City Mall, Jakarta, pada Rabu malam 29 Maret 2017lalu.

Ini merupakan konser pertama sejak band progressive rock dari Jakarta tersebut merilis album kedua bertajuk "A Deep Sleep" pada 7 Desember 2016 lalu.

Selama dua bulan, pihak band dibantu oleh tim produksi yang profesional dan bekerja keras mempersiapkan konser ini untuk menghadirkan pertunjukan yang tidak seperti pada umumnya, sebuah konser bernuansa teatrikal dengan menggunakan bantuan multimedia dan narasi sebagai pengantar di tiap lagu.

"Kami tetap mempertahankan formula 'rock yang berkisah'.  Lewat lirik yang bertutur, kami menyampaikan cerita, menggarisbawahi pesan dan mengajak pendengar berkontemplasi.  Kami percaya, musik adalah kendaraan yang tepat untuk itu," kata vokalis dan penulis lirik Montecristo, Eric Martoyo, dalam siaran pers Selasa (7/11/2017).

Pada konser tersebut Montecristo membawakan sembilan lagu, kombinasi dari dua album yang telah mereka rilis. Pertunjukan dibuka dengan lagu "Celebration Of Birth" yang bertutur tentang perayaan kelahiran, sekaligus peringatan tentang dunia nyata yang jauh dari ideal.

"Malam ini kami akan bercerita tentang dua titik terpenting dalam kehidupan manusia: kelahiran dan kematian, dan fase di antara dua titik itu yaitu sebuah proses yang tak pernah sederhana, namun sering diwakili hanya oleh satu kata: kehidupan," kata Eric menyapa.

Beberapa tembang berikutnya yang dibawakan adalah "Rendezvous", tentang persatuan dalam perbedaan (Bhinneka Tunggal Ika), "Crash" tentang runtuhnya bursa saham global pada 2008, "A Blessing Or A Curse?" yang mempertanyakan apakah kehidupan sebuah berkah atau kutukan, dan "A Romance Of Serendipity" tentang cinta yang hilang.  

Berikutnya, seorang penari balet muncul di atas panggung di tengah lagu "Ballerina". Penampilan sang balerina sungguh memukau.

Ia melangkah, berlari, berputar dan melayang di udara, lalu berdiri tegak bagai sebatang lilin. Tubuhnya seringan bulu namun sekuat baja, sekokoh karang tetapi sehalus sutera. 

Ia tampil bak seekor angsa yang anggun nan gemulai. Konser ini terasa lebih berwarna dengan kehadirannya.

Selanjutnya Montecristo memainkan "Mother Nature" dan "Ancestral Land". Kedua lagu itu  sudah ada klip videonya dan bisa disaksikan di YouTube.

"Mother Nature" berkisah tentang Ketapang, sebuah kota kecil di Kalimantan Barat, di mana industri kayu telah merusak alam yang asri.

"Ancestral Land" bertutur tentang seorang gadis Indonesia keturunan China yang 'terbakar' oleh propaganda pemerintah China dan pulang ke tanah leluhurnya dengan menumpang sebuah kapal pada 1952.

Beberapa tahun setelah itu, kondisi sosial-politik di China berubah secara drastis. Kelaparan melanda seantero negeri selama bertahun-tahun karena gagal panen berkepanjangan sehingga membuat rakyat tidak terbuka terhadap para pendatang.

Gadis ini kemudian dituduh sebagai spionase yang sengaja datang ke sana untuk memata-matai negara itu. Sejak itu hidupnya berubah menjadi sebuah tragedi yang panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com