JAKARTA, KOMPAS.com - Penyanyi solo Muhammad Tulus (31) merupakan salah satu penyanyi ternama di belantika musik Tanah Air, setelah hampir delapan tahun bermusik.
Lewat karya-karyanya, Tulus dikenal lewat lagu-lagunya yang menawarkan suasana romansa dengam diksi yang berbeda pada umumnya, sebut saja "Sewindu", "Tuan Nona", "Sepatu", dan "Gajah".
Total, sudah tiga album dilahirkan oleh Tulus; Tulus (2011), Gajah (2014), dan Monokrom (2016).
Atas raihan tersebut, Tulus mengaku tak akan pernah merasa tinggi hati sebagai penyanyi.
Baca juga: Tulus Akui Masih Rasakan Gugup Saat Bernyanyi
"Saya pribadi tidak pernah lupa memulai perjalanan karier seperti apa, saya (pertama) rekaman di Bandung," ungkap Tulus saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (5/2/2019).
Tulus pun teringat akan kenangan saat menggelar konser perdana dengan skala yang kecil dan sederhana.
"Jadi dulu 2011 saya bikin konser pertama di Bandung skalanya kecil sekali. Pada saat itu yang datang teman-teman terdekat saya, kemudian keluarga, dan beberapa teman yang mungkin tahu dari mulut ke mulut," ungkap Tulus.
"Pada saat itu meski konser dengan skala kecil energinya bisa saya rasakan hingga saat ini," sambungnya.
Saat pertama memulai karier di dunia musik, Tulus tak pernah memasang banyak target. Baginya, bernyanyi adalah sebuah kesenangan tersendiri.
"Bisa dibilang tanpa ekspektasi, saya cuma mencoba menyalurkan sesuatu yang menurut saya, saya berbakat di situ," ungkap Tulus.
Tulus mengatakan, bahwa ia tak menyangka jika lagu-lagunya bisa diterima banyak kalangan.
"Kemudian perjalanannya membawa saya bisa punya album pertama, kedua, dan ketiga, dan bisa seterusnya buat saya sampai yang tidak menyangka bahkan tidak menyadari apa yang berubah dari album ke album," ungkap Tulus.
Dari berbagai lagu yang telah ia ciptakan, Tulus mendapat banyak pengalaman berharga.
Baginya tiap lagu yang ia nyanyikan punya nilai tersendiri, termasuk proses dalam mencipta lagu itu sendiri.
"Paling lama (diciptakan) lagu "Sewindu", hampir setahun. Lagunya sempat diam di studio lama. Setelah setahun, baru dapat bagian dan akhirnya di rekam lagi. Terus lagu paling cepat itu yang paling diingat itu Monokrom dalam waktu 20 menit," tandasnya.
Berkait hal tersebut, Tulus mengaku tak bisa berbuat banyak selain rasa syukur dan terima kasih kepada semua orang yang telah menjadikan dirinya berharga sebagai penyanyi.
"Rasa percaya diri saya sebagai pemusik itu lahir, jadi saya selalu menjadikan konser sebagai rasa terima kasih sih. Saya ingin sekali memberikan apresiasi balik terhadap teman yang menjadikan karya musik saya jadi ada nilainya," pungkasnya.
Baca juga: Tulus Libatkan Teater Boneka dalam Konser Monokrom
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.