JAKARTA, KOMPAS.com- Artis peran Dian Sastro bercerita, putra sulungnya Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo memiliki respons berlebih ketika sebuah peristiwa terjadi tidak sesuai rencana.
Hal ini menjadi salah satu ciri yang belum hilang dari Shailendra sebagai anak dengan autisme atau berkebutuhan khusus.
Dian menceritakan, Shailendra pernah meraung-raung di sekolah hanya karena lupa membawa buku catatan Bahasa Inggris.
"Kadang mereka merasa teramplifikasi kalau ada hal-hal yang agak berubah dari rencana. Misalnya, lupa bawa catatan Bahasa Inggris ke sekolah, itu rasanya kayak kiamat buat dia, dunia runtuh, nangis meraung-raung," kata Dian dalam acara Special Kids Expo (SPEKIX) 2019 yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta Pusat, Sabtu (24/8/2019).
Baca juga: Anak Autisme, Dian Sastro: Sinar Terang di Ujung Jalan Itu Ada...
Untuk menenangkan Shailendra saat itu, satpam-satpam di sekolah sampai harus turun tangan.
"Sekuriti sekolah sudah tahu kalau Shailendra lupa bawa buku, itu kita semua harus bersinergi untuk menenangkan anaknya enggak apa-apa," lanjut Dian.
Bahkan, kata Dian, seluruh warga sekolah bekerja sama untuk menenangkan Syahlendra saat itu.
"Karena dia sendiri tidak bisa mengontrol emosinya jadi di mereka udah tahu, kalau Syahlendra lagi nangis enggak usah dilihatin, biarin aja nanti juga dia tenang sendiri," tambahnya.
Baca juga: Dian Sastro: Saya Bilang ke Dia, Shailendra Tuh Spesial...
Selain itu, Shailendra juga paling malu ketika dilihat banyak orang saat menangis. Dian pun akan pura-pura cuek hingga putranya sudah lebih tenang.
"Karena dia sendiri enggak bisa kontrol emosinya. Jadi mereka sudah kompak kalau Shailendra lagi panik, enggak usah dilihatin, dicuekin aja. Nanti juga dia tenang sendiri," tutur Dian.
Bintang film Aruna dan Lidahnya itu juga tetap mengajarkan putranya untuk menenangkan diri, meski kini sudah menjalani keseharian seperti anak-anak pada umumnya.
"Jadi langsung dibawa ke toilet, nanti dia belajar nenangin diri. Saya ngajarin dia juga, take a deep breath. Ada teknik napas marinir, hitung satu, dua, tiga, empat. Setelah sudah 10 kali napas biasanya dia sudah agak tenangan," ujar Dian.
"Jadi harus tetap ada yang kita bantu walaupun dia sudah bisa berfungsi seperti normal. Something wrong happens everything is going to be ok. Kita harus ngajarin dia nenangin diri," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.