Anya Dwinov memiliki berbagai macam kesibukan. Selain dikenal sebagai presenter dan pemain sinetron, ia juga tergolong orang yang peduli dengan masa depan dan menapak sebagai pengusaha.
Salah satu bentuk pemikiran jangka panjang Anya tampak dari langkahnya berwirausaha di bidang kuliner dan berinvestasi properti. Akan tetapi, ia menyadari keterbatasan waktu dan tenaga. Untuk itu ia menggandeng mitra kerja. Kuncinya, memilih mitra yang memiliki pemikiran sejalan dengan Anya.
Ia tidak segan-segan menganggap dirinya kuno. Tidak heran Anya memilih menabung dalam bentuk emas dibandingkan dengan berinvestasi saham. Selain menyimpan emas, ia juga lebih nyaman menanam investasi dalam bentuk properti.
Segala kesibukan Anya tidak membuatnya kelelahan, apalagi berpuas diri. Kini ia bermimpi lain yang tidak jauh-jauh dari properti, yaitu memiliki hotel sendiri. Sebagai manusia, Anya ingin meraih hasil terbaik dari usahanya dan mengoptimalkan potensi yang ia miliki.
Saya tertarik pada trik bisnis Anda. Dengan rendah hati Anda berkata mengikuti orang Madura, yakni menyimpan kekayaan Anda dengan menabung dalam bentuk emas. Ajari saya trik-trik usaha dong?
Mengenai trik usaha saya yang lainnya, tidak banyak berbeda dengan wirausaha lain. Dasarnya kita sama. Paling yang bisa saya tambahkan... Keinginan manusia untuk terus berkembang adalah wajar, tetapi jangan sampai salah melangkah, apalagi berinvestasi dengan diiming-imingi hasil yang besar.
Pelajari dan cermati proposal atau perencanaan yang ditawarkan kepada Anda, periksa dan double check latar belakang serta pengalaman dari bentuk usaha tersebut, juga orang yang menawarkannya.
Karena kaki dan tangan kita cuma sepasang, usaha-usaha tambahan kita sering membutuhkan partner/mitra. Pilihlah mitra yang ritme kerja dan pemikirannya sejalan. Pemilihannya dapat dimulai dari kawan yang Anda sudah kenal lama dan dekat (meskipun tidak selalu menjamin), minimal kita sudah mengurangi risiko terkejut oleh cara berpikir dan ritme kerja orang yang baru kita kenal.
Saya selalu bilang kepada semua orang, karyawan-karyawati sampai mitra saya, bahwa saya tidak punya kemampuan telepati alias membaca pikiran orang. Jadi, daripada bicara (curhat) kepada sesama yang tidak memiliki kompetensi untuk mengambil keputusan dalam melakukan perubahan, lebih baik bicarakan sama saya langsung, tanpa berbelit-belit. Termasuk kekecewaan atau ketidaksetujuan terhadap saya.
Saya termasuk orang yang kuno, jadi saya lebih nyaman untuk berinvestasi pada hal-hal yang bisa saya pegang dan awasi sendiri. Hal-hal seperti investasi di saham (reksa dana dan sebagainya) bukan hal yang memikat saya saat ini. Jadi saya lebih nyaman menaruh uang di usaha yang bisa saya kelola dan jalankan sendiri, atau properti, atau di tabungan saja.