"Kegiatan FFTV-IKJ International Student Festival 2014 ini untuk mendorong semangat dan kegairahan berkarya pada mahasiswa yang menaruh minat kepada perfilman," jelas Ketua FFTV-IKJ ISF 2014, Bambang Supriadi, dalam acara pembukaan festival tersebut di XXI Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2014).
Menurut Bambang, animo para sineas muda dari dalam dan luar negeri untuk ambil bagian dalam festival tersebut luar biasa.
"Setelah kami bekerja dalam waktu relatif singkat, yaitu empat bulan (hingga FFTV-IKJ ISF diselenggarakan), dan kami mengundang berbagai sekolah film dari berbagai negara, dari Serbia, Slovakia, Portugal, Inggris, AS, Australia, Perancis, Mesir, Kuba, Israel, Spanyol, dan Indonesia, kami berhasil mengumpulkan 94 film," terang Bambang.
"Film-film itu (diseleksi lagi) lewat proses kurasi," lanjutnya.
FFTV-IKJ ISF 2014--yang merupakan bagian dari IKJ Festival 2014 serta diikuti oleh dua falkultas lainnya di IKJ, yaitu Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain--merupakan kegiatan positif yang memberi tempat bagi para pembuat film.
"Festival ini mencerminkan sejauh apa pencapaian-pencapaian dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan film," terang Bambang lagi.
Dalam acara pembukaan FFTV-IKJ ISF 2014 diputarlah film-film pendek Lemantun - the 3rd Cupboard (karya Wregas Bhanuteja, Indonesia), VR (karya Deni Kurniawan, Indonesia), dan At Least We've Met (karya Matko Grba, Serbia). Lemantun - the 3rd Cupboard, yang berdurasi 21 menit 39 detik, bercerita tentang seorang ibu yang mengumpulkan kelima anaknya untuk membagikan lima buah lemari sebagai warisan dengan cara mengundi siapa mendapat lemari yang mana. Setiap orang menerima lemari, tetapi salah seorang dari mereka merasakannya sebagai beban. Film tersebut merupakan potret sebuah keluarga dengan metode drama dan pendekatan slice of life.
Setelah Lemantun - the 3rd Cupboard, VR menjadi suguhan berikutnya. Film itu berkisah tentang Arika, yang bangun dari tidur kemudian membuka sebuah lemari dan memasuki dunia virtual. Dunia itu memberinya kebahagian dan pemandangan indah, selain ancaman yang membuatnya tidak bisa melarikan diri dari dunia tersebut. Itu merupakan film yang memertanyakan batas tipis antara imajinasi dengan realita, dengan kombinasi imaji animasi dengan live-action yang menghadirkan bentuk-bentuk grafis penuh warna.
Terakhir, At Least Me've Met disajikan. Film tersebut cerita tentang Zoran Papovic, anak seorang mantan diplomat yang telah berkeliling dunia. Setelah ayahnya meninggal, ia memutuskan untuk kembali dan banyak menghabiskan waktunya di jalanan kota Belgrade, Serbia. Selain itu, ia bersahabat dengan banyak orang yang ditemuinya di sana. Itu merupakan film dokumenter tentang keadaan terkini Serbia dari sudut pandang generasi tua, yang telah memakan asam garam dari era ke era.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.