"Ini gue ketemuan sama guru meditasi, namanya Bassam Younes, dia dari Lebanon, dia ahli teori rebirth (dalam ilmu meditasi). Sekarang gue lagi nanya-nanya sama atur jadwal yang pas buat belajar meditasi," kata Ria ketika berbincang dengan Bassam dan Kompas.com di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Senin (5/1/2015) malam.
"Tadinya mau sama Titiek Puspa, tapi jadwal Titiek Puspa padat banget. Terus mau sama Anjasmara, tapi juga sama enggak ketemu jadwalnya," imbuhnya.
Awalnya, Ria justru tertarik untuk memilih yoga sebagai terapi penunjang di luar pengobatan kemoterapi dan radiasi yang dijalaninya.
"Gue tadinya mau yoga, tapi gue rada ngeri karena kan takut ketekan benjolannya (tempat kanker getah beningnya). Lagian, terlalu menguras energi," jelas Ria.
Sementara itu, menurut Bassam, untuk saat ini meditasi merupakan pilihan tepat untuk menguatkan jiwa Ria.
"Meditasi merupakan sebuah hal yang luar biasa. Kamu bisa merasakan kekuatan, kedamaian. Kamu juga akan lebih mengenal diri kamu dengan meditasi, karena dengan meditasi kamu akan menyadari bahwa tubuh ini hanyalah pakaian, sementara kamu yang seutuhnya adalah jiwamu. Kembalikan semuanya kepada dirimu, ini adalah faktor 'I', bukan 'I am a man'," papar Bassam.
Ria mengaku sependapat dengan Bassam. Baginya, ketika kali pertama divonis menderita kanker, ia lebih dulu harus menguatkan jiwanya untuk menerima cobaan itu.
"Yang pertama, ikhlasin dulu, pulangin ke Tuhan, innalillahi wa innailaihi rojiun. Yang kedua, maafin dulu kondisinya, rasa dendam, marah, semua harus dimaafin. Dan, yang ketiga, jalanin hidup yang mau dijalanin," tutur Ria.
"Soalnya, kanker enggak bikin sakit, tapi mungkin benjolannya yang bikin sakit," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.