JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa penonton bayaran atau yang biasa disebut "penonton alay" ternyata menjadikan kegiatan itu sebagai sebuah rahasia.
Mereka tidak ingin orangtua dan keluarga besar tahu bahwa mereka mendapatkan uang dari menjadi tim sorak sebuah acara televisi. Mereka khawatir disebut sebagai orang tak berguna.
"Takut omongannya," kata Yeyen (30), seorang penonton, Kamis (4/3/2016).
Pernah suatu kali ada seorang kerabat yang mengetahui Yeyen muncul di layar kaca. Ia pun langsung menegur dan meminta Yeyen untuk mencari pekerjaan lain yang lebih layak.
"Ada yang pernah lihat terus tanya, 'Ngapain kamu seperti itu? Kamu kan kuliah, cari kerja lain saja'," ucap Yeyen, seorang sarjana lulusan sebuah universitas di Pekanbaru, Riau.
Yeyen mengaku pernah bekerja sebagai pegawai di pusat perbelanjaan di kawasan Gadjah Mada, Jakarta Pusat. Namun, ia memutuskan keluar karena tidak mau bekerja lagi.
"Gimana ya, udah malas, kayak gini aja kan santai," kata dia, yang bisa memperoleh uang rata-rata Rp 80.000 di setiap lokasi acara.
Yanti (27) juga menutupi kegiatannya sehari-hari dari keluarga. Selama ini ia mengaku mendapat undangan menjadi penonton sebuah acara televisi.
"Saya bilangnya diundang, enggak pernah bilang dibayar," kata perempuan kelahiran Surabaya itu.
Yanti, yang bisa memperoleh pendapat Rp 200.000 sebagai penonton tersebut, hanya menutupi dari kerabat dan teman. Sedangkan kepada kedua orangtua, ia berterus terang.
"Orangtua aja yang tahu. Memang dibayar dan halal kan. Kalau yang lain enggak cerita, malu iya sih," ucap dia sambil mengatakan bahwa menjadi penonton bayaran karena diajak oleh temannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.