JAKARTA, KOMPAS.com--Upacara Kebo Ketan dengan tema PENAWAR RACUN DIVIDE ET IMPERA akan diselenggarakan di Ngawi, 2 dan 3 Desember 2017. Prosesi upacara dimulai dari Rumah Tua desa Sekaralas, dilanjutkan di Sendang Marga di Alas Begal, dan berakhir di Lapangan Desa Sekarputih. Upacara akan selesai pada dini hari tanggal 4 Desember berbarengan dengan selesainya pergelaran wayang kulit oleh dalang Ki Seno Nugroho dari Yogyakarta, dan dibersihkannya kembali lokasi upacara oleh Pasukan Semut.
Pasukan Semut adalah bagian integral dari seni upacara yang diselenggarakan oleh Kraton Ngiyom. Mereka terdiri dari relawan anak-anak dan dewasa. Relawan anak-anak bertugas saat upacara dengan cara menjaga tempat upacara agar bersih dari sampah dan menegur orang dewasa yang membuang sampah sembarangan. Kraton Ngiyom mengambil ide Pasukan Semut dari pentas-pentas Iwan Fals. Demikian juga, Pasukan Semut bertugas menjadi bagian utama dari prosesi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya lengkap tiga stanza, dengan tempo mars yang gembira seperti aslinya di masa perjuangan kemerdekaan.
Upacara Kebo Ketan kali ini akan didukung oleh setidaknya 873 seniman dari berbagai bidang seni dan dari berbagai daerah. Di dalam persiapannya Kraton Ngiyom menghubungi 17 kabupaten yang mendampaki atau didampaki Bengawan Solo dan dua Kabupaten menanggapi secara resmi. Ketua DPRD Kabupaten Klaten, Agus Riyanto, akan mengirimkan sekitar 370 personel kelompok seni Gora Swara Nusantara, dan Pemerintah Kabupaten Boyolali mengirimkan Drum Blek dengan 25 personel dan Topeng Ireng dengan 20 personel. Pemerintah Kabupaten Wonogiri tidak menanggapi surat Kraton Ngiyom tetapi warga desa Tanggulangin di kecamatan Jatisrono, mengirimkan rombongan Barong Abang berisi sekitar 70 orang. Pemerintah Kabupaten Madiun mengirimkan rombongan Dongkrek dengan 35 personil, dan Sekretariat Bersama Keistimewaan Yogyakarta mengirimkan pasukan Kraton, Bregada Niti Manggala dari Gedong Kiwa, dengan 60 personel. Pusat Studi Kebudayaan UGM Yogyakarta mengirimkan kelompok Sekar Pengawikan sebanyak 15 personel.
Kelompok seni komunitas Prana dari Ubud Bali akan menampilkan musik dan tari serta membawa rombongan belasan personel. Yogyakarta akan tampil grup muda berisi musisi jenius, Brightsize Trio yang baru kembali dari tur di Eropa. Denny Dumbo dan kawan-kawan, akan menampilkan musik sakralisasi mengiring puncak upacara penyembelihan Sang Kebo Ketan. Dari Jakarta akan datang kelompok Bonita & the Hus Band, dan Dima Miranda & the Jatiwangi Art Factory, serta KH. Dr. Zastrouw Ngatawi dan Ki Ageng Ganjur. Kelompok rock dari era tahun 1990an, Elpamas, akan menjadi gong pertunjukan musik Upacara Kebo Ketan, membawa formasi istimewa dengan 2 vokalis. Satu satunya musisi yang tampil sendiri adalah baladawan Yogyakarta Sri Krishna.
Seniman lokal dari Ngawi tentu juga ditampilkan, yakni Reog Kebonagung Sekarputih, kelompok hadrah dan tari sufi Madin Al Fatih dari Ngrambe, serta Penthul Melikan, dan kerawitan dari Dewan Kesenian Daerah, serta warga yang terlibat di dalam persiapan dan pelaksanaan artistik dan teatral prosesi.
Beberapa seniman kebanggaan Indonesia dengan reputasi internasional juga terlibat. Sebut saja pelukis Djoko Pekik dan Heri Dono, seniman gerak rohani (gerak Amerta) Suprapto Suryodarmo dan seniman performas Arahmaiani. Aktor senior Otig Pakis akan melaksanakan penyembelihan Sang Kebo Ketan.
Selain itu, untuk menata artistik lokasi upacara, perupa Ngawi Budiyono Kampret dari desa Teluk, Mantingan, bekerjasama dengan seniman bambu dan kayu dari desa Gendol, Sine, yakni Thoyib Bukhoeri dan Suwari, membuat berbagai konstruksi bambu. Lukisan-lukisan Budiyono Kampret akan menghiasi gerbang tempat selfie, tandu Sang Kebo Ketan dan juga pohon kepuh keramat di Sendang Marga. Pemasangan lukisan sepanjang 17 meter di pohon kepuh tersebut dilakukan dengan sigap oleh Ronggolawe Rescue Team dari Tuban pimpinan Muhammad Humam.
Upacara Kebo Ketan adalah sebuah “seni kejadian berdampak”, paradigma baru di dalam kesenian, di mana dampak-dampak yang dikehendaki diupayakan selama satu tahun dan upacaranya sendiri merupakan sebuah perayaan dan konsolidasi dari upaya-upaya tersebut. Upacara Kebo Ketan diselenggarakan untuk menyelamatkan hutan RPH Begal yang sebagian besar gundul (ratusan hektar) sejak penjarahan hutan 1998/1999 dan memelihara mata air Sendang Marga, Sendang Kucur dan Sendang Ngiyom. Pada Oktober 2017 Kraton Ngiyom berhubungan dengan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ibu Siti Nurbaya Bakar untuk memohon agar izin pengelolaan kawasan ini sebagai hutan wisata diberikan kepada masyarakat desa-desa tepi hutan, dan proses itu sedang dimatangkan dengan kerjasama antara Kraton Ngiyom, Pemerintah Kabupaten Ngawi, masyarakat desa-desa di tepi hutan dan Perhutani. Di tahun 2017 Pemerintah Kabupaten Ngawi telah memerbaiki akses jalan masuk ke wilayah ini. Menurut rencana jalan akses tersebut akan diteruskan sampai tembus ke desa Begal, tahun depan.
https://entertainment.kompas.com/read/2017/11/28/105730910/upacara-kebo-ketan-libatkan-ratusan-seniman