Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkarya Haruslah dengan Jujur

Kompas.com - 28/12/2010, 02:48 WIB

Sekarang saya lagi suka baca-baca cerpen. Terinspirasi buat bikin. Tapi, kok susah ya? Tolong ya kasih tips praktis bikin cerpen yang menarik dan asyik buat dibaca.(Teguh Rahmadi, Tangerang Selatan)

Dear Mas Teguh, saya sendiri sering terinspirasi setiap kali membaca sebuah karya yang baik. Sedemikian baiknya karya tersebut sehingga saya tidak mampu melanjutkan pembacaan saya dan langsung mulai menulis. Karena itu, setiap kali anda terinspirasi untuk menulis, mulailah. Jangan terlebih dulu terbebani. Tulis apa pun yang anda ingin tulis, rasakan keasyikan bagi anda sendiri, bukan untuk orang lain.

Menurut Anda, sejauh ini bagaimana peran novel dan film untuk membangun kesadaran masyarakat tentang keadilan jender? Bagaimana untuk membuatnya efektif walau tentu akan butuh waktu yang tidak singkat. (Dwi Argo Mursito, Pekalongan)

Peran novel dan film dalam membangun kesadaran masyarakat sangatlah besar. Karena itu, begitu banyak kreator maupun karya yang diberangus karena dianggap mengancam satu kekuasaan. Hal ini membuktikan bahwa karya jauh lebih efektif ketimbang kampanye-kampanye yang masyarakat tahu benar hanyalah sebuah ajang omong kosong dan pamer kekuatan.

Saya termasuk penentang UU Pornografi, tetapi saya menganggap bahwa sedikit batasan tetap diperlukan agar adat kita tidak berubah menjadi sama persis dengan adat Barat, Bagaimana pendapat, Mbak? (Christina P, Tangerang)

Bagi saya kebebasan absolut itu tidak ada. Manusia terlahir sudah dengan segala keterbatasan: tidak dapat memilih untuk terlahir menjadi manusia atau makhluk luar angkasa, tidak dapat memilih terlahir dari orang tua yang seperti apa, tidak bisa memilih nama, bahkan sudah mendapat vonis hukuman mati tanpa pernah tahu dan memilih dengan cara apa dan kapan eksekusi akan dilaksanakan. Jadi tanpa UU Pornografi pun, manusia adalah makhluk yang tidak bebas.

Aku, Pandu (54), seorang guru Bahasa Indonesia di Riau. Aku penggemar Anda, juga ayahanda Sjuman Djaya serta ibunda Tutie Kirana. Sebagai guru Bahasa, saya bisa mengajari murid-murid saya menulis puisi, cerpen, artikel, dan dimuat di media massa. Cuma masalahnya, keterampilan ini tidak bisa dinilai melalui UN/UAN. (Pandu Syaiful, Riau)

Bapak Pandu, terima kasih banyak atas apresiasi anda kepada karya kami sekeluarga. Bagi saya pribadi, sebuah karya seni mustahil dinilai secara ”resmi”. Tidak ada satu pun institusi yang mampu mewakili semua penilaian, tidak oleh UN ataupun UAN, tidak oleh kritikus, akademisi, ataupun budayawan yang hanya bisa menelaah, mempelajari, atau memperdebatkan. Setiap pertukaran atau penilaian akan memberi wacana baru terhadap karya tersebut, bukan mematikan. Oleh karena itu, hanya waktulah yang dapat menjawab keabadian. (ush)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com