Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gugun Blues Shelter Melawan Arus Besar

Kompas.com - 23/05/2011, 04:08 WIB

Meski di luar negeri GBS mendapat respons positif, tetapi tak demikian di dalam negeri. Kerap kali kontrak mereka di beberapa kafe tidak diperpanjang.

”Menurut mereka, musik kami terlalu keras. Kami juga kerap main sore, enggak dapat lighting memadai,” kata Gugun. Tak jarang GBS main hanya ditonton pelayan kafe.

Meski musik mereka dipandang sebelah mata karena dianggap tak laku, GBS pantang mundur. ”Kami yakin melakukan hal yang benar dengan musik kami,” kata Gugun.

Kesempatan bermain di ”Java Jazz Festival 2010” menjadi catatan penting perjalanan GBS. Meski bermain di panggung luar, penampilan mereka menarik perhatian penonton.

Setelah tahun ini merilis album Self titled: Gugun Blues Shelter, GBS makin populer. GBS kerap diundang tampil di acara kampus sampai pentas seni SMA. Tanggal 17-26 Mei, GBS kembali bertolak ke London, menggelar tur mereka di sejumlah kafe.

Tetap jalur blues

Gugun mengenal gitar sejak usia 9 tahun. Pria kelahiran Duri, Riau, ini sempat belajar gitar secara serius meski beberapa kali terputus di tengah jalan.

”Awalnya saya belajar musik klasik. Tetapi kata gurunya, saya enggak usah main klasik lagi. Sayang, karena saya bisa menyanyi,” kata Gugun.

Jono mengenal bas sejak usia 10 tahun. Dia sempat les piano, tetapi hasratnya pada bas lebih besar. Ia terus mengeksplorasi alat musik itu hingga menemukan gayanya sendiri.

Sementara Bowie tertarik drum setelah mengikuti marching band saat kuliah di Yogyakarta. Ketertarikan itu terus berlanjut hingga ia belajar khusus pada penggebuk drum band GIGI, Gusti Hendi, sekitar enam bulan. Bowie kerap mengikuti sejumlah kelas yang digelar kampusnya, Universitas Gadjah Mada.

Ketiganya berupaya konsisten memainkan musik yang mereka usung. Salah satu bentuknya, saat ada perubahan arus besar musik, GBS tak latah meski tekanan yang datang begitu besar. Mereka keukeuh di jalur blues dengan memegang keyakinan kelak akan sukses.

Ketiganya sadar, musik tak membuat mereka kaya raya. ”Kami lebih senang musik kami diapresiasi orang karena kami memainkannya dari hati,” kata Jono. Bagi mereka, materi hanyalah efek, bukan tujuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com