Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ananda Sukarlan Bergurau

Kompas.com - 02/10/2011, 03:21 WIB

”Sudah tidak ada lagi?”

”Sudah habis.”

”Ya, Tuhan, habis? Kenapa?

”Laki-laki sejati seperti itu semuanya sudah amblas, sejak ayahmu meninggal dunia.”

”Sudah amblas?”

”Ya. Sekarang yang ada hanya laki-laki yang tak bisa lagi dipegang mulutnya. Semuanya hanya pembual. Aktor-aktor kelas tiga. Cap tempe semua.... Mereka tukang kawin, tukang ngibul, semuanya bakul jamu, tidak mau mengurus anak, apalagi mencuci celana dalammu....”

Ekspresi komedik

Ananda menimpakan nada demi nada pada suku-suku kata itu yang kombinasi naik-turunnya, variasi ketukannya, kecepatannya, dan keras-lembutnya sedemikian rupa sehingga terasa sebagai ekspresi komedik. Jawaban-jawaban jenaka dan ringan dari pemeran ibu itu dibawakan dalam nada-nada tinggi, cukup sering dengan kelokan-kelokan tajam, sehingga tepat dibawakan oleh seorang soprano koloratura liris.

”Suara koloratura itu bermain pada nada-nada tinggi dengan rentang yang lebar, lincah, dan karena itu mudah ditekuk-tekuk,” kata Ananda.

Di Indonesia jarang tersua perempuan berkarakter suara demikian. Ananda menemukannya pada Evelyn Merrelita Sumilat lewat kompetisi vokal Tembang Puitik Ananda Sukarlan yang berlangsung April lalu. Evelyn bertungkus-lumus sebagai penyanyi paduan suara sekaligus solis sejak ia mahasiswa di Universitas Kristen Petra Surabaya per 1997.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com