Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/02/2014, 12:27 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Para gitaris yang petikan gitarnya meramaikan pentas hiburan negeri ini, berbelarasa membantu korban bencana. Mereka akan menggelar pentas amal di Bentara Budaya Jakarta, Jalan Palmerah Selatan, Rabu, 12 Februari 2014 malam. Pentas itu bertajuk "Dari Gitaris untuk Indonesia".

Gitar menyatukan para gitaris. Di pentas, seorang gitaris memanjakan ego individu. Namun, di luar panggung ada keguyuban dari sesama gitaris.

Gitar mereka akui sebagai alat musik personal, individual. Gitaris Adrian Adioetomo mengakui adanya hubungan emosional antara gitaris dan gitarnya.

"Gitar itu sangat nempel di badan sesuai ergonomi pemain. Gitaris ingin gitarnya enak dimainkan sesuai dengan gaya permainan dia. Dari situ timbul keterikatan dan kedekatan personal gitaris," kata Adrian.

Dengan kedekatan semacam itu, seorang gitaris belum tentu nyaman memainkan gitar milik orang lain.

"Soalnya kalau dipegang orang lain, rasanya akan beda,” tutur Adrian menambahkan.

Jangankan memainkan gitar milik orang lain, gitaris Iwan Hassan bahkan merasa kurang nyaman jika harus berfoto dengan gitar yang bukan miliknya.

Akan tetapi, meski gitar adalah alat musik yang sangat personal dan individual, tetapi gitaris perlu kawan untuk saling bertanya dan berbagi. Mereka tak habis-habis mengulik teknik, atau segala tetek bengek seputar aksesori gitar.

"Kami banyak bertemu di jalan. Kami ngomongin tentang alat musik. Kalau ada kesulitan alat atau apa, kami sering sharing, cari alatnya di mana," kata Baron, gitaris dari Baron Soulmate.

Para gitaris memang suka berkumpul. Atau paling tidak mereka saling terhubung lewat alat komunikasi dan media sosial. Dari sana tercetuslah gagasan untuk menggalang dana bantuan bagi para korban bencana yang terjadi di berbagai wilayah di negeri ini.

"Kami sering ngumpul, jadi tercetus buat acara apa ya?" kata Dewa Budjana yang pada Selasa lalu bersama gitaris Baron, Ezra Simanjuntak, Bulux, dan Riry Silalahi, membahas rencana pentas amal "Dari Gitaris untuk Indonesia".

Mereka bekerja sama dengan Bentara Budaya Jakarta dan Kompas Gramedia untuk menggelar pentas amal yang hasilnya akan disalurkan untuk korban bencana di berbagai daerah di negeri ini.

"Bencana ada di mana-mana. Mungkin itu sudah bagian dari kehidupan. Cuma ada beberapa hal yang menurut saya adalah bagian dari ulah manusia," kata Budjana.

Berbeda tapi guyub
Pada perhelatan "Dari Gitaris untuk Indonesia" nanti akan bergabung tak kurang dari 47 gitaris. Mereka adalah Adrian Adioetomo, Agam Hamzah, Arden "Tiket", Arif "Kerispatih", Baron, Beng Beng, Bulux "Superglad", Burgerkill, DD Crow, Denny Chasmala, Dewa Budjana, Diat "Yovie n' Nuno", Donny Suhendra, Edo Widiz, Eet Sjahranie, Endah N' Rhesa, Erros Chandra, Ezra Simanjuntak, Gideon Tengker, Ginda Bestari, Gugun, Ian Antono, Ireng Maulana, Irfan Aulia "Samsons", Irvan Borneo, Iwan Hasan, Jikun "/rif", John Paul Ivan, Jopie Item, Jubing Kristianto, Kin Aulia "The Fly", Marshal "ADA Band", Mus Mujiono, Oppie Andaresta, Ovy "/rif", Piyu, QoQo, Rama "D'Masiv", Riry Silalahi, Stephen Santoso "Musikimia", Taraz Bistara "The Rock/Triad", Tohpati, Toto Tewel, dan Yai Item.

Mereka datang dari genre musik yang berbeda. Ada yang datang dari pop, rock, jazz, dan blues. Tapi perbedaan itu justru menyatukan para gitaris.

"Saya di-welcome, diajak gabung dengan temen-temen gitaris justru karena saya berbeda. Saya main delta blues," kata Adrian Adioetomo, salah seorang dari sedikit gitaris yang menekuni blues "udik".

Selain beda genre, para gitaris itu juga bermain dengan cara main yang berlainan pula.

"Dari petik, cabik, ketuk, sampai tapping. Dan macem-macem juga pun bunyinya," kata Dewa Budjana. Keberagaman gaya itu akan menjadi satu di pentas nanti.

Bukan sekali ini para gitaris berpadu untuk membantu rakyat yang menjadi korban bencana. Ketika terjadi erupsi Gunung Merapi pada November 2010, para gitaris juga menggelar pentas musik "Dari Gitaris untuk Indonesia" di Bentara Budaya Jakarta. Di luar perhelatan amal itu, para gitaris kompak untuk saling berempati.

"Dengan grup di WhatsApp dan BBM, kami beberapa kali silaturahim ke sesama musisi. Misalnya jika ada gitaris yang sakit atau perlu bantuan," kata Budjana.

Komunitas gitaris ini bersifat cair, bukan organisasi yang terstruktur dengan pengurus, atau birokrasi yang rumit. Namun, begitu ada urusan seperti pentas amal, para gitaris itu sigap bekerja, bahkan tanpa imbalan materi. Mereka sukarela tampil untuk menggalang dana bagi korban bencana.

Solidaritas juga akan mereka tunjukan di pentas 12 Februari mendatang. Sekitar 40-an gitaris akan membagi penampilan secara merata. Misalnya, tiga gitaris blues, Gugun, Ginda, dan Adrian Adioetomo, akan muncul bersama membawakan "Crossroads". Ini adalah blus klasik milik legenda blues Robert Johnson era 1930-an, dan dipopulerkan kembali oleh Cream pada pertengahan 1960-an.

Lantas, gitaris The Fly, Kin Aulia, akan tampil bersama Riry Silalahi, gitaris yang pernah mendukung band cewek she. Kali ini Riry akan menyanyikan lagu "One Love" milik Bob Marley. Lagu itu seperti menjadi jiwa pentas "Dari Gitaris untuk Indonesia" yang bersatu cinta dan hati untuk membantu sesama.

Simak lirik awalnya:
"One Love! One Heart!
Let's get together and feel all
right.
Hear the children cryin' (One Love!);
Hear the children cryin' (One Heart!)..." (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com