Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangan Indonesia di Hollywood

Kompas.com - 09/02/2014, 12:57 WIB

Warga dunia
Secara global, dunia animasi memberikan banyak peluang berkarya. Namun, persaingan juga beranjak kian ketat. "Banyak lulusan animasi di AS yang enggak dapat kerjaan juga karena enggak bisa bersaing," ungkap Rini.

Di ranah animasi film, tak terhindarkan pekerja seni efek visual mesti siap bersaing dengan standar Hollywood. "Produksi film animasi memang masih berpusat di Hollywood karena produksinya butuh biaya sangat besar," ujar Rini.

Bukan berarti tak ada tempat berkarya di luar Hollywood, tetapi kebutuhan modal besar membuat industri ini berjaringan dengan kualifikasi standar yang mesti dipenuhi. Rini, misalnya, bekerja di Selandia Baru, tetapi menggarap animasi sekuel The Hobbit yang diproduksi Metro Goldwyn Mayer (MGM) di Hollywood. Film animasi Despicable Me digarap studio Perancis, Mac Guff Ligne, tetapi diproduksi Universal Pictures di Hollywood.

Rini meyakini, selain pendidikan, kemauan untuk memacu diri bersaing sebagai warga dunia adalah modal penting untuk berkarier sebagai spesialis efek atau animator. Lingkungan yang kondusif berkontribusi dalam kesuksesan karier, tetapi tak menentukan segalanya. Singapura, misalnya, punya lebih banyak sarana karena beberapa studio besar membuka cabang di sana. Melalui kemitraan dengan industri, pendidikan animasi di "Negeri Singa" juga berkembang. Meski demikian, kreativitas adalah perkara individual.

Rini lebih prihatin karena soal lain. "Aku perhatikan, kadang anak muda kita ada yang cenderung mau cari jalan mudah saja. Mau semuanya disediakan. Industri animasi itu membutuhkan artis yang bisa kerja independen, enggak selalu dituntun," ungkapnya.

Intan R Mutiaz, pengajar Desain Komunikasi Visual dan Multimedia Institut Teknologi Bandung, meyakini kemampuan kreatif anak muda Indonesia tak perlu diragukan. Pendidikan animasi di Indonesia juga kian berkembang. Sayangnya, sinergi dengan industri belum berjalan baik karena ketidakjelasan peta kebijakan yang seharusnya memberikan arah dan pendorong.

"Indonesia ini hanya akan jadi pasar besar yang menyerap produk animasi atau kita mau membangun industri animasi kita sendiri atau menggandeng industri besar dari luar?"

Salah satu prasyarat membangun industri kreatif memang pembuat kebijakan yang kreatif. Dengan demikian, anak negeri ini pun bisa terbang tinggi di negeri sendiri. (Nur Hidayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com