”Tetapi film Indonesia yang masuk ke festival film biasanya enggak kalah bagusnya dari film Eropa. Film Eropa itu selain fokus pada sang tokoh, juga sering menonjolkan pemandangan alamnya,” ujar Nina.
Penonton lainnya, Aila (17), berpendapat, "Film Eropa itu beragam banget, plotnya kreatif, dan dekat dengan kenyataan. Ceritanya juga enggak jauh dari kehidupan kita."
Aila, pelajar SMA di Jakarta ini berharap untuk selanjutnya Europe on Screen bisa diputar di lebih banyak tempat.
"Lebih asyik kalau film-filmnya enggak cuma diputar di pusat kebudayaan, tetapi di mal-mal. Doorprize dan kuisnya diperbanyak, biar orang semakin antusias. Apalagi kalau ada lomba menulis ulasan tentang film yang diputar," kata dia.
Septa yang menjadi volunter dalam perhelatan ini sejak tahun lalu bercerita, tahu tentang festival film ini dari teman yang menjadi panitia.
"Menjadi volunter di sini bisa membuat pengalaman kita bertambah. Kita juga bisa memperluas jejaring. Asyiknya, panitia dan volunternya seperti keluarga," ujar dia.
Sementara bagi Valentine (24), Koordinator Relawan & Distribusi khusus Jakarta mengatakan, tugasnya terbantu dengan penonton yang kemudian mengajak teman-teman mereka ikut menikmati festival ini.
"Kita bersyukur banget ada teman-teman yang menonton festival ini, lalu nge-tweet atau nongol di Facebook. Tahun depan insya Allah kita bisa lebih gencar berpromosi dan memutar lebih banyak film," kata dia.
Pada festival ini dihadirkan pula beberapa sutradara dan editor film, yang karyanya diputar. Di sini juga ada diskusi, misalnya tentang film animasi dan film dokumenter.
Jadi, tunggu apa lagi? Mari meluangkan waktu kita menonton film Eropa sekaligus menambah wawasan tentang kultur berbagai bangsa di Eropa. (Annisa Dina Haryadiputri Magangers Batch 5, Siswa SMAN 6 Jakarta)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.