Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tipe-X Ingin Jadi Tipe Berbeda

Kompas.com - 01/07/2014, 16:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Irama musik ska yang bersemangat membuat pencinta musik Indonesia tak pernah meninggalkan grup Tipe-X. Terbukti, mereka masih tetap berjaya di usia 17 tahun. Band yang awalnya membawa bendera Headmaster ini telah mengeluarkan tujuh album.

Band Tipe-X dibentuk September 1995, meraih gelar juara favorit pada Festival Musik Alternatif di Menteng, Jakarta Pusat. Prestasi itu membuat band yang mengusung musik ska ini semakin percaya diri.

Tipe-X beranggotakan Tresno (vokal), Micky (bas), Yoss (gitar), Billy (gitar), Ary (drum), dan Anto (trombon). Bagi mereka, untuk menembus dapur rekaman tak melalui jalan yang mudah. Beberapa demo lagu dikirimkan ke radio dan televisi. Baru tahun 1999, mereka masuk dapur rekaman dengan album pertama, SKA Phobia (1999).

Setelah itu, Tipe-X mendapat tawaran naik panggung semakin banyak. Berbagai festival pun dijajalnya. Band yang bernaung di bawah bendera label Offbeat Music ini merilis album terbaru tahun 2012, Seven.

Sesuai dengan musiknya, Tipe-X membuat lagu-lagu yang memotivasi orang untuk tidak putus asa, misal di lagu ”Jangan Jadi Pecundang”. Selain itu, ada juga lagu bertema sosial, misalnya agar masyarakat tidak membedakan suku, ras, dan agama yang bisa dipakai untuk memecah belah bangsa. Di album kedua, Mereka Tak Pernah Mengerti, Tipe-X membuat lagu ”Indonesia Sayang”, yang menyemangati bangsa Indonesia untuk bangkit dari ketertinggalan.

Selain sibuk manggung, kegiatan lain apa yang ditekuni para personel Tipe-X? Bagaimana cara Tipe-X menghadapi persaingan musik di Indonesia?
(Ima Rohmawati, Jakarta Utara)

Kegiatan lainnya, enggak jauh-jauh juga dari musik. Ada yang mengajar di sekolah musik, ada yang menjadi produser sebuah band, dan ada yang menjalankan bisnis rental sound system.

Cara menghadapi persaingan, kita harus mampu membuat lagu yang disukai mayoritas pencinta musik Indonesia. Tetap mempertahankan soliditas band, dan mengorganisasi fans dengan baik.

Apa motivasi band Tipe-X membuat salah satu anggotanya memakai trombon?
(Winda M Situmeang, Medan)

Kami membuat musik ska dengan balutan orkestra, ada juga memasukkan unsur jazz sedikit.

Banyak lika-liku yang harus dilewati sehingga perjalanan tidak mudah dilalui. Bisakah Anda menceritakan perjalanan dari awal masuk dunia musik hingga sekarang?
(Ceria Kristi Br Tarigan, Medan)

Awalnya kami tidak berharap ada di sebuah manajemen label, karena kami berpikir do it your self yaitu bikin album sendiri. Seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1999, kami diterima di Pops Musik, anak perusahaan Aquarius Musikindo, dan itu menjadi awal rilis-nya album SKA Phobia.

Kemudian, album kami berikutnya, Mereka Tak Pernah Mengerti (2001), Super Surprise (2003), Discography Hitam Putih (2005), A Journey (2007), Festival Perasaan (2009), dan Seven (2012).

Perjalanan yang berharga adalah saat tahun 2001, kami mengalami pergantian personel. Hal itu yang membuat kami lebih solid, dan kemudian bisa meluncurkan album selanjutnya.

Menurut Tipe-X, apa yang menyebabkan album pertama SKA Phobia bisa menembus dapur rekaman?
(R Arum Cahyaning K, Sleman, Yogyakarta)

Pada saat itu musik ska adalah musik yang baru dan fresh di Indonesia. Menurut label kami saat itu, musik ska bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia.

Banyak grup ska yang sudah tidak terdengar kabarnya lagi alias bubar jalan. Bagaimana cara Tipe-X bertahan menghadapi persaingan musik di Tanah Air?
(Aan P, Garut)

Tetap solid, mencintai band, dan manggung juga. He-he-he.

Kapan rencana Tipe-X mengeluarkan album yang ke delapan? Apa tema yang akan diusung untuk album itu? Adakah kemungkinan bertemakan galau yang beberapa tahun terakhir menjadi tema-tema yang diusung penyanyi/band lainnya?
(Hasian Sidabutar, Medan)

Secepatnya, kami sedang mengumpulkan materi lagu-lagu. Mungkin temanya lebih positif. Kemungkinan sih ada, tapi kami melihat sisi galau, dari cara pandang yang lain (galau-galau happy).

Sebagai Band yang sudah malang melintang di dunia hiburan dan selalu mengusung tema cinta dan persahabatan, apakah Tipe-X akan menciptakan lagu dan mengeluarkan album bertema kritik sosial atau sejenisnya?
(Gunawan Simangunsong, Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia)

Di setiap album kami, selalu ada lagu yang bertema kritik sosial, tetapi kalau untuk membuat album dengan tema full kritik sosial belum terpikirkan oleh kami.

Apa yang melatarbelakangi band ini mengusung musik ska?
(Ardiansyah Bagus Suryanto, Lamongan, Jawa Timur)

Kami merasa musik ska ini sudah menjadi passion kami.

Saya fans Tipe-X dari sebelum mereka buat album lho, dari masih gitaran di rumah susun. Mau tanya, kira-kira ada kemungkinan enggak ya Tipe-X buat lagu yang alirannya bukan ska?
(IIS Suminar, Bekasi Selatan)

Kalau untuk mencampur unsur-unsur lain di lagu kami sangat mungkin, tetapi kalau mengubah genre, tidak pernah terpikirkan oleh kami.

Apa filosofi bendera Headmaster bagi seluruh personel Tipe-X? Adakah makna khusus dari bendera tersebut?
(Julkifli, Universitas Padjadjaran, Bandung)

Tak ada makna khusus, itu hanya simbol perjuangan kami saja.

Apakah Tipe-x mempunyai band favorit yang berasal dari luar negeri, yang memberikan inspirasi dalam penciptaan musik dan lagu dari Tipe-x selama ini?
(Edy, Jakarta Utara)

Banyak sekali. Misalnya, Mighty Mighty Bosstones, Kemuri, dan Rancid.

Apa yang membuat Tipe-X tetap eksis dengan genre ska, sedangkan grup band di Indonesia sendiri kebanyakan bergenre pop melayu?
(Hamzah Rosyidi, Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret, Surakarta)

Kalau dilihat dari tampang-tampang muka kami, hanya musik ska yang cocok untuk kami.

Armand Maulana lebih menyukai format fisik, di era modern ini. Apa tanggapan Tipe-X tentang fenomena pembelian album lewat iTunes?

Shaggy Dog pernah berkolaborasi dengan SID (punk) dalam lagu ”Jika Kami Bersama” (album SID - Angels and The Outsider). Jika Tipe-X harus memilih, lebih suka berduet dengan Tantowi Yahya (country) atau berduet dengan Rhoma Irama (dangdut) apa alasannya?
(Jundi Nuri Azhar, Temanggung, Jawa Tengah)

Walau bagaimanapun iTunes adalah solusi, di mana era fisik mulai tergantikan dengan era digital.

Wah pilihan yang sulit antara Tantowi Yahya dan Rhoma Irama, tetapi kami lebih memilih dengan raja ketimbang prajurit atau orang biasa ha-ha.

Tak terasa sudah 17 tahun, Tipe-X meramaikan dunia musik Indonesia. Apakah ada rencana Tipe-X memotivasi generasi muda lewat lagu dan syair agar tidak putus asa dan bersedia bekerja keras membangun kebersamaan demi Indonesia yang lebih baik?
(Any Haryani, Pamulang, Tangerang Selatan)

Ada beberapa lagu kami yang sudah dibuat memotivasi orang untuk tidak putus asa, seperti di lagu ”Jangan jadi Pecundang”. Dalam lagu itu, kami mengharapkan orang untuk mencari solusi dari sebuah masalah bukan menjadi pecundang.

Selain itu, ada lagu ”Di Mana Cinta” diciptakan untuk membuat semua orang Indonesia tanpa membedakan suku, ras, dan agama yang biasa dipakai orang untuk memecah belah bangsa. Ada pula lagu ”Indonesia Sayang”.

Kami berusaha memotivasi bangsa Indonesia untuk bangkit dari ketertinggalan. Dan, di lagu ”Hujan” yang kami ciptakan untuk memotivasi bangsa Indonesia agar mampu berdiri sendiri.

Saat Tipe-X kesulitan menembus dapur rekaman, apakah sempat frustrasi? Berapa jumlah demo lagu yang sempat dikirim ke radio dan televisi sampai kemudian bisa rekaman? Apa yang menjadi rahasia di balik kekompakan Tipe-X sehingga bisa bertahan sampai sekarang?
(Doli Supratia, Padang)

Kami tidak frustrasi. Justru hal itu memotivasi kami untuk membuat lagu lagi. Untuk jumlah lagu dikirim ke radio sekitar dua lagu.

Untuk bertahan di industri ini kami mencintai musik kami, dan mencintai band kami. Kami menganggap band ini seperti keluarga, saling membantu ketika salah satu ada yang merasa susah. Tipe-X lebih dari sekadar keluarga.

Suka duka apa yang pernah dialami Tipe-X dalam membangun karier? Apa kenangan yang terindah yang pernah dialami dalam kebersamaan? Apa kenangan yang menjengkelkan, tetapi toh berkesan bagi kebersamaan kalian?
(Lauren Simanjuntak, Pematang Siantar, Sumatera Utara)

Kenangan terindah saat kami tetap bertahan pada saat semua orang menganggap musik ska sudah hilang. Pengalaman yang menjengkelkan saat ada kesalahan di atas panggung. Kesalahan itu membuat kami semakin terus belajar.

Mengapa nama band yang tadinya bernama Headmaster diubah menjadi Tipe-X ? Apakah nama Tipe-X tersebut mempunyai makna atau arti tersendiri untuk band SKA ini?
(Cindy Claudia, Jakarta Utara)

Karena kami ingin menjadi tipe yang berbeda, mengapa kami menamakan band kami Tipe-X. Buat kami Tipe X adalah 5 huruf yang membawa berkah.

Adakah rencana Tipe-X untuk memanfaatkan teknologi elektronik musik pada karya-karya Tipe-X berikutnya? Sentuhan elektronik musik pada ska tentunya akan menjadi sebuah karya yang unik.
(Jeni Rahman, Jakarta Selatan)

Dari awal kami sudah memilih genre ska, dan kami tidak mau masyarakat menilai kami band bunglon, tidak konsisten pada satu genre.

Di lagu ”Boyband”, ada beberapa bagian yang berunsur elektronik.

Band Tipe-X berdiri pada tahun 1995 dan mendapat gelar juara favorit pada Festival Musik Alternatif di Menteng, Jakarta, di tahun yang sama. Tapi kenapa baru empat tahun kemudian masuk dapur rekaman?
(Faisal Hasby,xxx@gmail.com)

Mungkin karena takdir memang yang menyuruh kami untuk berjuang selama empat tahun, sebelum masuk dapur rekaman.

Soal mengapa kami menyabet gelar tersebut, seharusnya pertanyaan ini juri yang menjawab, he-he-he. Menurut kami, kami membawakan musik yang berbeda di antara band-band festival yang lain.

Saya mengenal Tipe-X sejak SMP, saat album Mereka Tak Pernah Mengerti. Pernahkah Tipe-X merasa jenuh, kehabisan ide dan berpikir untuk bubar? Salam Xfriend
(Yadhi, Tangerang)

Rasa jenuh mungkin ada, tapi kami tidak pernah berpikir untuk bubar. Kami berkomitmen untuk terus mengusung genre ska sampai kami tidak bisa berkarya lagi.

Salah satu motivasi kami untuk terus berkarya adalah penggemar kami, Xfriends. Salam X untuk Xfriends. (SIE)

Tipe-X
Terbentuk: 1995 (dengan nama Headmaster)
Genre:  Ska
Label: Aquarius Musikindo,Pops Musik, Michelin Records, Offbeat Music Records
 
Personel:
Tresno Riadi (vokal)
Micky (bas)
Yoss (gitar)
Billy (gitar)
Ary (drum)
Anto (trombone)

Mantan Personel
Hendro (drum)
Aditya Pratama (drum)
Andi Toha (saksofon, terompet)
 
Album:
SKA Phobia (1999)
Mereka Tak Pernah Mengerti (2001)
Super Suprise (2003)
Discography Hitam Putih (2005)
A journey (2007).
Festival Perasaan (2009)
Seven (2012)
 
Prestasi:
Gelar juara favorit pada Festival Musik Alternatif di Menteng, Jakarta Pusat (1995)
 
Sumber: Litbang Kompas/DEW, diolah dari tipe-x.web.id
 
Baca selengkapnya di http://kita.kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com