Profesi menjadi pengemudi taksi Uber hanya pekerjaan sampingan. Riphat tetap bekerja sebagai pengacara yang menjalankan kantor biro hukum sendiri.
"Saya punya tiga mobil yang semuanya saya daftarin jadi taksi Uber," kata Riphat ketika dihubungi melalui telepon, Selasa (28/7/2015) siang.
Sehari-hari, Riphat mengendarai sedan Mercedes yang juga difungsikan sebagai taksi Uber. Namun, pekerjaan menjadi sopir Uber tidak dilakukan Riphat selama 24 jam.
"Kerja saya kan mobile. Kalau saya mau pulang, ada penumpang yang arahnya sama ke rumah saya, ya sekalian saya bawa," kata Riphat.
Jika sedang beruntung, Riphat akan membawa penumpangnya yang akan mengarah menuju kawasan SCBD, Senayan, atau Kuningan.
Dari Kuningan ke SCBD, misalnya, jika memakai taksi reguler, tarif resmi biasanya Rp 70.000. Dengan Uber, tarifnya memang sedikit lebih mahal.
"Biasanya dikalikan 3,5 saja. Saya bisa kantongi Rp 240.000 tuh dari Kuningan ke SCBD. Lumayan kan," ujar Riphat.
Itu baru sekali jalan. Pekan lalu, Riphat pernah menyalakan aplikasi Uber sepulang kantor pukul 18.00. Tak lama, ada pengguna Uber yang membutuhkan jasa tumpangan.
Riphat bergegas menghampiri penumpangnya itu. "Hanya tiga jam jalan, saya bisa dapatkan Rp 800.000 lho," ucap Riphat.
Pendapatan tadi dia kurangi untuk mengisi bahan bakar Mercy-nya Rp 300.000. "Lumayan kan masih untung Rp 500.000. Seratus persen hasil dari Uber buat kita, enggak dipotong," kata pria yang menikahi Poppy pada 17 November 2013 dan kini memiliki satu anak perempuan itu.
Tawaran menjadi sopir taksi Uber semakin menggiurkan ketika Riphat banyak mendengar cerita sopir taksi Uber sesungguhnya.
"Saya yang sehari bisa dapat Rp 800.000 itu masih kecil. Ada lho sopir kenalan saya yang bisa dapat Rp 16 juta sampai Rp 20 jutaan dalam sebulan," kata Riphat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.