Pemilik nama lengkap Josiah Alexander Sila, yang lahir di Denpasar, Bali, tersebut mendunia sejak pertengahan 2014. Ketika itu, beberapa media terkemuka dari luar Indonesia memberitakan betapa berbakatnya seorang anak bernama Joey.
Pada Selasa, 12 Mei 2015, versi online dari New York Times menulis "Joey Alexander, an 11-Year-Old Jazz Sensation Who Hardly Clears the Piano's Sightlines".
Versi cetak media yang sama menulis "He’s a Jazz Virtuoso Who Can Barely See Over a Baby Grand".
The Telegraph memberitakan Joey dengan artikel "The 11-year-old taking jazz world by storm", sementara NBC News dengan artikel "Pint-Sized Prodigy Joey Alexander: 'Jazz is About Freedom'".
Permainan piano Joey juga mengundang pujian dari sejumlah pemusik jazz ternama dunia.
The Telegraph menyebut, Wynton Marsalis, peniup trompet dan jazz director di Lincoln Centre, New York City, AS, mengaku amat kagum ketika kali pertama menonton permainan piano Joey melalui YouTube.
Ketika itu, Joey masih berusia 10 tahun, dan telah mahir memainkan lagu-lagu dari John Coltrane, Thelonious Monk, hingga Chick Corea.
"Tidak pernah ada orang sebelumnya yang seumur dia, yang bisa Anda bayangkan, mampu bermain seperti itu. Saya menyukai segala sesuatu terkait permainannya, ritmenya, kepercayaan dirinya, dan pemahamannya tentang musik," kata Marsalis.
Putra dari Denny Sila dan Fara Sila itu juga mendapat penghormatan dari produser festival-festival jazz di Montreal, Kanada, serta Newport, Inggris, George Wein.
Biasanya, Wein enggan menerima sosok yang disebut oleh orang-orang sebagai "anak ajaib". Namun, ketika Wein menonton permainan Joey pada 2015 di apartemennya di Manhattan, New York City, pandangannya berubah.
"Hal yang berbeda dari kebanyakan pemain muda adalah kematangan pendekatan harmoniknya. Permainannya sangat kontemporer, tetapi ia juga punya rasa tentang sejarah musik," ucap Wein kepada wartawan AP, Charles J Gans, sesudah menonton permainan piano Joey.