Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bayu Galih

Jurnalis; Pemerhati media baru; Penikmat sinema

"The Revenant", Nominasi Oscar, dan Kisah Leonardo DiCaprio Sang Penyintas

Kompas.com - 27/02/2016, 07:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBayu Galih

Seperti Leo DiCaprio, Inarittu juga memaknai The Revenant lebih dari sekedar film. Sutradara pemenang Oscar tahun lalu lewat Birdman (2014) itu menilai The Revenant layaknya perjalanan spiritual.

Kepada The Guardian, Iñárritu menilai Hugh Glass yang memang diangkat dari kisah nyata itu lebih dari sebuah karakter.

"Dia seorang manusia, makhluk liar, seorang santa, seorang martir, sebuah jiwa," tutur Inarittu.

Twentieth Century Fox Film Corporation Leonardo DiCaprio dalam film The Revenant
Tentu saja, alam liar menjadi lokasi syuting yang paling tepat untuk menangkap esensi kehidupan Hugh Glass. Iñárritu memilih pelosok Alberta dan British Columbia di Kanada, meski harus menghadapi dingin yang mencapai -40 derajat Celcius.

Dengan dibantu sinematografer asal Meksiko, Emmanuel Lubezki (yang juga membantu Inarittu di Birdman), pengambilan gambar dimulai, diambil sesuai kronologi cerita.

Gambar diambil dengan menggunakan pencahayaan alamiah, dan--seperti Birdman--dengan adegan-adegan yang panjang dalam sekali take.

Cara ini dilakukan agar kisah yang diambil dari novel karya Michael Punke ini terkesan natural.

"Ini merupakan sebuah homage (penghormatan) terhadap orisinalitas tradisi sinema," tutur sutradara yang pertama kali masuk nominasi Oscar untuk Amores perros (2000) tersebut.

"Saya sepenuhnya percaya bahwa begitulah sebuah film harusnya digarap," ucap Iñárritu.

Dengan semua passion yang dimiliki Alejandro Iñárritu, kehadiran Leonardo DiCaprio tentu sebuah anugerah. Leo memiliki kemelekatan yang sama seperti Iñárritu terhadap The Revenant, juga terhadap wiracarita tentang Hugh Glass.

Leo rela mencemplungkan diri ke dalam sungai yang permukaannya membeku. Dia juga rela memakai kulit binatang seberat 46 kilogram agar membuatnya tetap hangat. Setiap hari jadi ajang bagi Leo dalam menempa diri agar tidak menderita hypothermia.  

"Setiap hari dalam proses pembuatan film ini sangat berat. Ini merupakan film paling berat yang saya jalani," ujar Leo kepada Wired.

Tidak hanya itu, kepada media Inggris TimeOut, Leo juga membenarkan bahwa semua adegan di The Revenant dilakukannya tanpa peran pengganti. Dia dikubur dalam keadaan hidup, tidur di dalam bangkai binatang, hingga memakan hati bison mentah-mentah.

Dalam skala 1 sampai 10, Leo menilai "kebrutalan" proses pembuatan film ini di angka 10.

"Merasakan sakit itu cuma sementara, tapi film dibuat untuk selamanya," ujar pria yang dikenal pesolek dan kerap berganti pacar itu.

Meski begitu, Leo tetap mampu menampilkan akting penuh konsentrasi. Iñárritu memuji kemampuannya yang tetap fokus meski mengalami kelelahan fisik yang luar biasa.

Leo, menurut Iñárritu, melakukan hal yang mustahil dilakukan orang lain: Menghadirkan akting bagus dalam keadaan yang sangat ekstrem.  

Kesedihan Hugh Glass yang kehilangan istri dan anaknya jelas terlihat dalam sejumlah adegan yang penuh keheningan dan perenungan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau