Lengkap sudah deraan hidup yang menimpa kedua orang yang tersisih dari gemuruh kemakmuran Inggris.
Loach cuma ingin jujur menceritakan biografi orang-orang kecil, yang harus dijamin negara, dengan birokrasi tunjangan sosial yang rumit dan bahkan berduri-duri.
Banyak penonton sore itu meneteskan air mata. Saya menahan sesak dalam dada yang diam-diam mendesak.
Mungkin bukan lantaran kesedihan semata, tetapi nyatanya masih ada orang-orang yang berhati hangat dan mulia seperti Daniel di tengah kemiskinan yang mencekam.
Ia tetap berusaha memberi semangat dan menyelamatkan hidup Katie dan kedua anaknya sampai detik terakhir ia ditemukan terjatuh di toilet sebuah klinik.
Kemenangan I, Daniel Blake di Festival Film Cannes memberi sinyal kuat bahwa film-film bersahaja seperti ini, tetapi disajikan dalam jalinan kisah yang kuat serta bangunan karakter yang matang, yang akan menjadi tren di masa depan.
Dan, Indonesia punya potensi materi cerita yang berlimpah ruah. Banyak kisah-kisah manusia yang tak kalah dramatisnya dibandingkan kehidupan Daniel dan Katie, yang bisa diterjemahkan ke layar film.
Sutradara Joko Anwar, yang datang ke Cannes, membahasakannya, "Kita kekurangan penulis skenario yang kuat." Jelas sudah masalahnya, bukan? (Putu Fajar Arcana)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Mei 2016, di halaman 17 dengan judul "Kehangatan di Duri Birokrasi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.